Jakarta -
Investasi di sektor mineral dinilai tetap menarik di tengah transisi menuju energi bersih. Menurut Direktur Eksekutif Indonesia Mining Association (IMA) Hendra Sinadia, transisi energi justru meningkatkan permintaan terhadap beberapa mineral strategis.
Untungnya Indonesia memiliki potensi mineral strategis yang cukup besar dengan jenis yang beragam. Terlebih, pemerintah juga terus menggalakkan hilirisasi di sektor mineral.
"Nah, mineral kritis dan strategis dari Indonesia memiliki potensi mineral yang cukup besar, salah satu negara yang diberkahi dengan sumber daya alam, mineral batu bara, kita punya oil and gas juga, kita punya renewable, sangat banyak," katanya dalam Indonesia Investment Talk Series di Jakarta, Senin (19/5/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Indonesia Investment Talk Series diselenggarakan oleh detikcom dan disponsori oleh PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP).
Lebih lanjut, menurutnya sektor pertambangan tetap dibutuhkan seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi. Ia mencontohkan sektor artificial intelligence (AI) hingga data center yang membutuhkan sumber energi besar.
"Jadi teknologi semakin maju ya itu akan membutuhkan pertambangan. Era AI, digital teknologi, membutuhkan data center dan data center itu membutuhkan energi besar," tambah dia.
Ditambah lagi Indonesia memiliki banyak cadangan mineral yang belum tereksplorasi secara optimal. Melimpahnya sumber daya alam ini tentu memberikan nilai plus yang menguntungkan posisi Indonesia.
Hanya saja, ia membeberkan sejumlah tantangan yang dihadapi pengusaha. Misalnya masalah kepastian hukum dan regulasi, serta strategis efisiensi operasional yang harus tetap memperhatikan aspek keberlanjutan.
"Jadi untuk keberlanjutan hilirisasi, kuncinya adalah eksplorasi keberlanjutan pasokan. Karena kalau investasi di hilirisasi atau peningkatan nilai tambah melalui pengolahan dalam negeri itu jangka panjang, modal besar dan harus ada kepastian pasokannya. Nah, jadi eksplorasi yang menjadi kunci," tutup Hendra.
(acd/acd)