Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Rebana Tinggi, Kok Penduduk Miskinnya Banyak?

6 hours ago 2

Jakarta -

Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian menjelaskan kondisi Provinsi Jawa Barat, khususnya daerah Rebana masih banyak penduduk miskin, padahal pertumbuhan ekonominya cukup tinggi. Sebagai informasi,kawasan Rebana terdiri dari tujuh daerah, yaitu Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Subang, Sumedang, Kuningan, Majalengka, dan Indramayu.

Tito mengatakan, pertumbuhan ekonomi daerah Rebana tertinggi pada akhir 2024 yaitu Majalengka sebesar 8,9%, disusul Kuningan dengan besaran 8,33%. Lalu, Sumedang 7,24%, kemudian disusul Kabupaten Kabupaten Cirebon di posisi keempat dengan pertumbuhan 7,15%, dan Indramayu di posisi kelima dengan 5,81%. Berikutnya ada Subang 5,43% dan Kota Cirebon 4,7%.

"Angka kemiskinan yang di Rebana bahkan di Jawa Barat tertinggi adalah Indramayu 11,93%. Diikuti oleh nomor 2 adalah Kuningan 11,88%," kata Tito dalam acara detikcom Regional Summit, Senin (19/5/2025). detikcom Regional Summit didukung oleh PT Pertamina (Persero), Patimban Industrial Estate a Barito Pacific Company, dan PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi Jawa Barat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemudian, angka kemiskinan di Kabupaten Cirebon 11%, Majalengka 10,82%, Subang 9,49%, da Sumedang 9,1%. Selanjutnya, Kota Cirebon penduduknya yang paling sedikit yang miskin dibandingkan daerah Rebana lainnya.

"Tapi kita lihat kalau dibandingkan dengan Jawa Barat yang lainnya itu yang paling rendah adalah Kota Depok 2,34%. Artinya apa? Di daerah Rebana ini hampir mendominasi kemiskinan, di Jawa Barat. Dibandingkan daerah-daerah Jawa Barat lainnya," ujarnya.

Dengan demikian, Tito mengatakan, angka pertumbuhan tidak paralel dengan angka kemiskinan. Hal ini juga terlihat dari angka gini rasio, di mana terlihat ada ketimpangan terjadi. Gini rasio menunjukkan skala 0 sampai 1, di mana angka 0 artinya pemerataan pendapatan, sedangkan 1 ketimpangan.

"Kita lihat angka Kota Cirebon gini rasionya itu tertinggi 0,47. Artinya apa? Ketimpangan terjadi. Ada yang kaya banget, ada yang miskin banget. Ada slum area, mungkin daerah-daerah kumuh," kata dia.

Kemudian di posisi kedua di Rebana adalah Sumedang dengan gini rasio 0,37, diikuti Kabupaten Cirebon 0,36, Kuningan 0,35, Indramayu 0,34, Majalengka 0,34, dan Subang paling rendah 0,33.

Tito menjelaskan, pertumbuhan ekonomi bukan satu-satunya penentu indikator pemerataan, namun salah satu yang menentukan pemerataan pembangunan. Ada angka yang lain seperti angka akses terhadap pendidikan hingga angka akses terhadap sumber daya.

"Kita lihat untuk melihat angka akses itu dari angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM yang paling tinggi adalah Kota Cirebon, 78. IPM-nya bagus Kota Cirebon, tapi ketimpangannya tinggi, pertumbuhan ekonominya juga lumayan," ujar Tito.

"Jadi tantangan dari pak wali kota adalah bagaimana untuk buat memetakan mana-mana daerah-daerah warga-warga yang kurang mampu supaya mereka bisa berdaya, supaya terjadi pemerataan dari segi pendidikan," sambungnya.

Kemudian, Sumedang dengan angka IPM 74,57, Kabupaten Cirebon 72,3 Subang 72,05, Kuningan 71,58, lalu Majalengka 71,37, serta Indramayu di posisi terbawah dengan IPM 70,72.

(shc/ara)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |