Jakarta -
Sistem pembagian waktu kerja untuk para buruh di Indonesia sudah diterapkan sejak zaman Kolonial Belanda. Kondisi ini terlihat dari salah satu situs peninggalan sejarah di Kabupaten Bogor, yakni Tugu Lonceng Cilebut.
Berdasarkan pantauan detikcom, Jumat (2/5/2025), Tugu Lonceng ini berlokasi di sebelah proyek pembangunan perumahan Permata Bogor Residence 2. Sangat dekat dengan Stasiun KRL Cilebut, Kec. Sukaraja, Desa Cilebut Barat, Kabupaten Bogor.
Sekilas tugu bekas penanda waktu bekerja para buruh era kolonial Belanda ini terlihat sudah tak terawat hingga hampir rubuh. Kondisi ini terlihat dari banyaknya retakan pada seluruh bagian tugu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan satu dari empat pilar penyangga lonceng sudah runtuh dengan sisa puing entah ke mana. Begitu juga dengan sisa tiga pilar lainnya yang sudah miring dan retak, menunggu rubuh. Belum lagi dengan tingginya rumput dekat tugu menunjukkan area itu sudah tidak terawat.
Kemudian karena berlokasi tepat di sebelah proyek perumahan, area sekitar tugu sudah dibatasi dengan pagar hitam dan tembok setinggi kurang lebih 2 meter. Di mana situs peninggalan itu berdiri tepat di sudut area dekat tembok.
Di dekat tugu terdapat papan berwarna biru milik Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kabupaten Bogor bertuliskan penetapan tugu tersebut sebagai salah satu cagar budaya. Meski situs peninggalan itu bernama Tugu Lonceng Cilebut, namun lonceng penanda waktu kerja buruh ini sudah tidak ada di lokasi.
Pegiat sejarah Bogor, Johnny Pinot, mengatakan hampir di setiap rumah kongsi perkebunan/landhuis Belanda, biasanya ada tugu dengan lonceng di atasnya. Tugu ini kerap disebut sebagai slave bell atau lonceng budak karena fungsi untuk memanggil para buruh.
"Jadi itu buat manggil buruh, sama kalau istirahat atau selesai kerja atau mau manggil gajian itu dibunyiin bell-nya. Mereka datang terus ke rumah pertanian itu," terangnya saat dihubungi detikcom.
Dalam hal ini, menurutnya kawasan sekitar Tugu Lonceng Cilebut merupakan bekas perkebunan karet. Namun ia tidak bisa memastikan karena perkebunan Belanda di kawasan Bogor biasanya untuk karet atau teh.
"Biasanya dulu itu karet. Harus pastiin lagi soalnya ada juga teh. Tapi kebanyakan dulu karet sih," kata Johnny.
(igo/fdl)