Harga minyak mentah ditutup menguat pada perdagangan Selasa (5/11/2024), naik untuk hari kedua berturut-turut.
Harga Minyak Naik di Tengah Meredanya Kekhawatiran Pasokan, Fokus Beralih ke Pemilu AS. (Foto: Freepik)
IDXChannel - Harga minyak mentah ditutup menguat pada perdagangan Selasa (5/11/2024), naik untuk hari kedua berturut-turut seiring para trader fokus pada risiko geopolitik dari pemilihan umum (pemilu) Amerika Serikat (AS).
Selain itu, kenaikan minyak terjadi setelah kekhawatiran pasokan mereda dengan keputusan OPEC+ pada akhir pekan untuk menunda kenaikan produksi bulanan sebesar 180.000 barel per hari hingga Januari.
Menurut data pasar, kontrak berjangka (futures) minyak jenis Brent naik 0,45 persen menjadi USD75,54 per barel, sedangkan minyak jenis WTI terapresiasi 0,57 persen ke level USD71,99 per barel.
Pada Senin (4/11), kedua kontrak minyak tersebut ditutup meningkat lebih dari 3 persen.
Melansir dari MT Newswires, Selasa adalah hari terakhir pemungutan suara dalam pemilu AS, dengan jajak pendapat menunjukkan persaingan ketat antara Wakil Presiden Kamala Harris dan mantan Presiden Donald Trump.
Harris diperkirakan melanjutkan sebagian besar kebijakan ekonomi pemerintahan Biden, sementara Trump telah menjanjikan tarif menyeluruh untuk impor AS.
"Pasar menghadapi beberapa hari yang sangat menegangkan. Volatilitas akan terus berlanjut seiring pengumuman hasil dari negara bagian yang berbeda,” kata Analis Senior di PVM Oil Associates, dikutip MT Newswires, Selasa (5/11).
PVM Oil Associates melanjutkan, perhatian memang tertuju pada pemilihan presiden, tetapi penting juga dicatat bahwa nasib badan legislatif AS juga akan ditentukan, dan hal ini hampir sama relevannya.
“Dominasi satu partai, di mana satu partai mengendalikan cabang eksekutif, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), dan Senat, dapat memberikan kekuasaan penuh bagi pemenang pemilu presiden."
Sementara, analisis TD Securities menjelaskan, jajak pendapat tetap sangat ketat, meskipun beberapa survei terbaru menunjukkan, Harris semakin unggul.
"Pasar prediksi menunjukkan pergerakan liar berdasarkan jajak pendapat terbaru. Namun, hasil Red Wave (gelombang kemenangan untuk Partai Republik) masih menjadi kemungkinan paling besar yang diharapkan, diikuti dengan Presiden Demokrat dan Kongres yang terbelah," kata TD Securities.
Pendapat lainnya datang dari analis J.P. Morgan yang menyatakan, "Pada akhirnya, pemilu AS ini berfokus pada pilihan antara keberlanjutan kebijakan ekonomi, stabilitas institusional, dan demokrasi liberal (Harris) atau kebijakan perdagangan yang radikal, penarikan lebih lanjut dari globalisasi, dan gaya demokrasi yang kuat (Trump).”
“Singkatnya, ini adalah pilihan antara stabilitas atau perubahan," ujar analis J.P. Morgan.
Pada Minggu, OPEC+ sepakat untuk menunda rencana untuk mengembalikan 2,2 juta barel per hari dari pemotongan produksi selama sebulan hingga Januari, penundaan kedua dari target semula pada Oktober.
OPEC+ bermaksud menambah 180.000 barel per hari setiap bulan selama setahun, tetapi menyatakan bahwa setiap peningkatan pasokan akan bergantung pada kondisi pasar. Penundaan ini mengurangi kekhawatiran, pasar akan mengalami kelebihan pasokan di tengah permintaan yang tetap lemah.
Tanda-tanda pemulihan ekonomi di China, importir terbesar dunia, juga mendukung harga minyak.
Menurut Bloomberg, aktivitas layanan bulanan negara tersebut tumbuh pada laju tercepat sejak Juli.
Sementara, Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional China akan bertemu pekan ini di tengah ekspektasi bahwa akan ada langkah stimulus lebih lanjut untuk mendorong ekonominya. (Aldo Fernando)