Saham PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) atau Surge jatuh pada Selasa (4/3/2025) seiring perseroan mengumumkan pembatalan RUPSLB.
Saham WIFI Anjlok 17 Persen usai Batal RUPSLB, Simak Analisisnya. (Foto: Freepik)
IDXChannel - Saham PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) atau Surge jatuh pada Selasa (4/3/2025) seiring perseroan mengumumkan pembatalan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB).
Pembatalan RUPSLB tersebut disampaikan oleh Direktur Utama Solusi Sinergi Digital, Yune Marketatmo, dalam keterbukaan informasi BEI, Selasa (4/3/2025).
RUPSLB sebelumnya dijadwalkan pada 27 Maret 2025 di Kantor Fatmawati Mas Blok III Kav. 328-329, Jl. RS Fatmawati No.20, Cilandak pukul 10.00 WIB.
Di Bursa Efek Indonesia (BEI), hingga pukul 15.49 WIB, harga saham WIFI terjun 17,13 persen ke Rp2.080 per saham, menambah kerugian di sesi awal usai munculnya kabar tersebut.
Nilai transaksi tercatat mencapai Rp405,35 miliar.
Masih Ada Tenaga?
Harga saham WIFI menunjukkan pergerakan signifikan dalam beberapa pekan terakhir, didorong sentimen positif dari masuknya pengusaha nasional Hashim Djojohadikusumo dan prospek ekspansi ke depan.
Sejak Januari 2025, saham ini mencatat kenaikan tajam sebelum akhirnya terkoreksi setelah menyentuh level tertinggi di Rp2.730. Saat ini, saham WIFI tengah melakukan pullback dari area 2,618 Fibonacci di level Rp2.220.
Hari ini, saham WIFI sempat menyentuh level low di dekat area support penting di Rp1.940 yang bertepatan dengan garis rata-rata pergerakan (moving average/MA) 20.
Jika harga mampu bertahan di atas level tersebut, peluang untuk rebound dalam jangka pendek cukup terbuka dengan target ke level Rp2.050 hingga Rp2.500.
Meski masih berada dalam tren bullish jangka menengah, investor perlu mewaspadai tekanan jual yang terlihat dari tingginya volume transaksi saat harga terkoreksi. Jika harga turun di bawah Rp1.940, koreksi lebih dalam bisa terjadi hingga Rp1.510 yang merupakan area 1,618 Fibonacci.
Prospek Ekspansi
WIFI semakin agresif memperluas layanan internet broadband dengan harga terjangkau.
Berdasarkan data Ookla, dikutip dari Cipdatana Sales Notes, 10 Februari 2025, kecepatan median internet fixed broadband di Indonesia hanya 32,07 Mbps, salah satu yang terendah di Asia Tenggara.
Selain itu, biaya langganan internet 100 Mbps masih tergolong mahal, mencapai Rp350.000 per bulan.
WIFI menawarkan kecepatan serupa dengan harga lebih murah, hanya Rp100.000 per bulan, sehingga berpotensi memperluas akses internet, terutama di daerah yang belum terjangkau.
Menurut Ciptadana, layanan internet murah ini sejalan dengan visi pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Dengan konektivitas yang lebih luas dan murah, anak-anak di daerah terpencil dapat mengakses sumber belajar daring gratis yang disediakan pemerintah.
Dukungan Politik Kuat
Pada Agustus 2024, Hashim Djojohadikusumo, saudara kandung Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan WIFI melalui PT Arsari Sentra Data guna memperkuat infrastruktur konektivitas.
PT Arsari Sentra Data juga mengakuisisi 45 persen saham induk WIFI, PT Investasi Sukses Bersama, sehingga memiliki kepemilikan tidak langsung sebesar 22,55 persen di WIFI.
Di sisi lain, Arwin Rasyid melalui TEZ Capital & Finance, serta Fadel Muhammad, masing-masing mengakuisisi 27,22 persen saham PT Media Wiguna Nusantara dari PT Sinergi Investasi Digital. Akuisisi Fadel Muhammad membuatnya memiliki kepemilikan tidak langsung sebesar 7,5 persen di WIFI sebagai bagian dari investasinya.
BNI Dukung Ekspansi Jaringan
Mengutip penjelasan Ciptadana, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) turut mendukung ekspansi WIFI dengan memberikan pinjaman investasi sebesar Rp978 miliar kepada PT Integrasi Jaringan Ekosistem (WEAVE), anak usaha WIFI.
Pinjaman yang ditandatangani pada 24 Januari 2025 ini akan digunakan untuk membangun jaringan broadband berkecepatan tinggi (hingga 100 Mbps) yang menargetkan 40 juta rumah tangga di kawasan perkotaan, pinggiran kota, dan pedesaan di Pulau Jawa.
Tren Penggunaan Wi-Fi
Lebih lanjut, berdasarkan data Opensignal, dikutip dari BNI Sekuritas pada 21 Februari 2025, waktu yang dihabiskan pengguna Indonesia pada jaringan Wi-Fi meningkat dari 33 persen di awal 2022 menjadi 37 persen pada kuartal III-2024.
Tren ini didorong oleh meningkatnya kebutuhan internet berkualitas dengan harga lebih terjangkau. Pemerintah juga mendukung upaya ini dengan melelang frekuensi 1,4 GHz.
“Frekuensi ini akan mendukung akses internet melalui teknologi Broadband Wireless Access (BWA), dengan tujuan menyediakan kecepatan hingga 100Mbps dengan harga yang lebih terjangkau,” kata analis BNI Sekuritas.
Keunggulan WIFI
Keunggulan utama WIFI terletak pada pemanfaatan jalur rel kereta sebagai backbone serat optik. Hingga kini, perusahaan telah membangun 6.927 km jaringan dengan kapasitas 64 Tbps. Model kemitraan dengan ISP lokal juga membantu menekan biaya operasional serta mempercepat akuisisi pelanggan.
Dengan proyeksi 2,5 juta pelanggan untuk paket Rp100.000 dan 300.000 pelanggan untuk paket Rp250.000 pada 2025, perusahaan menargetkan tambahan pendapatan Rp3,3 triliun dengan margin EBITDA 60 persen. Selain itu, WIFI juga tengah menyiapkan teknologi 5G Fixed Wireless Access (FWA) guna mempercepat cakupan layanan.
Dengan strategi yang tepat dan dukungan dari kemitraan global, termasuk dengan NTT e-Asia, WIFI berpotensi menjadi pemimpin industri fixed broadband di Indonesia, sejalan dengan visi pemerintah dalam menyediakan "internet rakyat" yang murah dan berkualitas.
“WIFI mungkin masih pemain baru di pasar FTTH [Fiber to the Home]. Namun, dengan visi yang sejalan dengan tujuan pemerintah dalam menghadirkan internet rakyat, serta strategi yang tepat, transfer pengetahuan dari kemitraan, dan eksekusi yang baik, kami melihat WIFI berpotensi menjadi juara nasional berikutnya di Indonesia,” ujar pihak BNI Sekuritas. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.