Harga minyak mentah dunia ditutup melemah pada Jumat (29/11/2024), meskipun ada ekspektasi bahwa OPEC+ akan menunda peningkatan produksi.
Harga Minyak Dunia Jatuh 4 Persen Sepanjang Pekan. (Foto: Reuters)
IDXChannel – Harga minyak mentah dunia ditutup melemah pada Jumat (29/11/2024), meskipun ada ekspektasi bahwa OPEC+ akan menunda peningkatan produksi yang dijadwalkan mulai Januari 2025 guna meredam kekhawatiran pasar akan kelebihan pasokan.
Kontrak berjangka (futures) minyak WTI untuk pengiriman Januari turun USD0,72 menjadi USD68,00 per barel, sementara Brent Januari, patokan global, terakhir terlihat turun USD0,29 menjadi USD72,99 per barel pada Jumat.
Dalam sepekan, kedua kontrak minyak tersebut merosot hingga lebih dari 4 persen.
Pada Kamis, OPEC+ menunda pertemuan menteri yang semula dijadwalkan Minggu menjadi pada 5 Desember mendatang.
Kelompok tersebut sedang mempertimbangkan apakah akan menunda rencana untuk mengembalikan 2,2 juta barel per hari dari pemotongan produksi ke pasar melalui penambahan 180 ribu barel per hari setiap bulan mulai Januari.
Laporan menunjukkan delegasi cenderung memilih untuk menunda rencana tersebut karena khawatir pasar akan kelebihan pasokan, mengingat permintaan dari China yang masih lemah dan produksi dari belahan barat yang meningkat.
"Harga minyak cenderung stabil karena para pedagang menunggu lebih banyak rincian tentang rencana produksi OPEC+ setelah pertemuan ditunda hingga 5 Desember,” kata Saxo Bank, dikutip MT Newswires, Jumat (29/11).
“Pada pertemuan itu, kelompok ini akan memutuskan apakah akan meningkatkan pasokan atau memperpanjang pemotongan hingga 2025 guna menghindari kelebihan pasokan dan risiko penurunan harga lebih lanjut," ujar Saxo Bank.
Menurut analis Commerzbank Research, OPEC+ diperkirakan menunda kenaikan produksi setidaknya tiga bulan lagi, yang akan memberikan dukungan bagi harga minyak.
Analis Commerzbank, Barbara Lambrecht, dalam catatannya mengatakan, alasan resmi penundaan adalah konflik jadwal, tetapi ada spekulasi terkait kesulitan dalam merumuskan strategi produksi bersama.
"Kami menduga hal ini lebih terkait dengan kuota individu daripada strategi keseluruhan," kata Lambrecht, dikutip Dow Jones Newswires, Jumat (29/11).
Commerzbank memperkirakan aliansi ini akan memilih untuk menunda kenaikan produksi, jika tidak, pasar berisiko menghadapi kelebihan pasokan besar pada tahun depan.
Sementara itu, Badan Energi Internasional (IEA) dan Badan Informasi Energi AS (EIA) memperingatkan, mereka memperkirakan persediaan global, yang sebelumnya menyusut akibat pemotongan produksi OPEC+, akan mulai meningkat pada kuartal II-2025.
Kenaikan ini dipicu oleh peningkatan pasokan dari Amerika Serikat (AS), Kanada, dan Amerika Selatan, sementara pertumbuhan permintaan masih lemah. (Aldo Fernando)