Bursa Asia Melemah, Investor Cermati Arah Inflasi AS dan Kebijakan The Fed

15 hours ago 3

Bursa saham Asia cenderung turun pada Kamis (9/1/2025), seiring pergerakan variatif Wall Street di tengah investor mengamati arah inflasi Amerika Serikat.

 Reuters)

Bursa Asia Melemah, Investor Cermati Arah Inflasi AS dan Kebijakan The Fed. (Foto: Reuters)

IDXChannel - Bursa saham Asia cenderung turun pada Kamis (9/1/2025), seiring pergerakan variatif Wall Street di tengah investor mengamati arah inflasi Amerika Serikat dan kebijakan Federal Reserve (The Fed).

Menurut data pasar, pukul 08.57 WIB, Indeks Nikkei 225 terkoreksi 0,76 persen, Topix Jepang terdepresiasi 0,85 persen, Shanghai Composite merosot 0,26 persen.

Kemudian, ASX 200 Australia memerah 0,60 persen, STI Singapura tergerus 0,39 persen.

Berbeda, Hang Seng Hong Kong naik 0,28 persen.

Wall Street Beragam

Bursa saham AS alias Wall Street  ditutup beragam pada Rabu, saat investor mencerna dampak dari dua data pekerjaan yang bertentangan dan laporan yang menyebutkan presiden terpilih AS Donald Trump sedang mempertimbangkan deklarasi darurat ekonomi nasional terkait inflasi.

“Inflasi adalah faktor yang tidak terduga di 2025. Ada banyak hal yang berpotensi memicu kenaikan inflasi kembali,” kata ahli strategi investasi senior di Allianz Investment Management, Charlie Ripley.

Risalah pertemuan Federal Reserve (The Fed) 17–18 Desember yang dirilis Rabu menunjukkan para pejabat melihat risiko meningkat bahwa tekanan harga mungkin tetap tinggi.

Sementara, pembuat kebijakan mulai memikirkan dampak kebijakan yang diharapkan dari pemerintahan Trump yang akan datang.

Sentimen pasar rapuh setelah laporan CNN International menyebutkan Trump sedang mempertimbangkan program tarif baru dengan menggunakan Undang-Undang Kewenangan Darurat Ekonomi Internasional, yang mengizinkan presiden mengelola impor selama keadaan darurat nasional.

Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun mencapai puncaknya di 4,73 persen, tertinggi sejak April 25, sebelum sedikit turun menjadi 4,677 persen pada Rabu sore hari waktu setempat.

Menjelang Trump menjabat akhir bulan ini, kekhawatiran tentang potensi tarif tambahan terhadap mitra dagang AS telah membuat investor gelisah, mengingat kebijakan Trump, termasuk deportasi massal dan tarif, dapat memicu tekanan inflasi.

“Jika tarif yang lebih luas diterapkan, itu dapat memiliki dampak jangka pendek pada inflasi,” kata chairman Great Hill Capital LLC, Thomas Hayes.

“The Fed akan melihat dan menunggu apakah dia (Trump) benar-benar menerapkan tarif hukuman, dan jika iya, seberapa besar dampak inflasi potensial tersebut dapat diimbangi oleh pengurangan pengeluaran pemerintah.”

Indeks Dow Jones Industrial Average naik 106,84 poin atau 0,25 persen menjadi 42.635,20, indeks S&P 500 bertambah 9,20 poin atau 0,16 persen menjadi 5.918,23, sementara Nasdaq Composite turun 10,80 poin atau 0,06 persen menjadi 19.478,88.

Investor juga menilai laporan ADP National Employment Report yang menunjukkan pertumbuhan tenaga kerja sektor swasta AS melambat tajam pada Desember, meskipun laporan terpisah dari Departemen Tenaga Kerja mengatakan klaim pengangguran untuk pekan sebelumnya turun.

Pada Jumat, pemerintah akan merilis laporan pekerjaan yang sangat dinanti untuk Desember.

The Fed tetap mempertahankan suku bunga, dan para trader kini memperkirakan pemangkasan pertama tahun ini akan dilakukan pada Mei atau Juni, menurut FedWatch Tool dari CME Group. (Aldo Fernando)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |