Harga CPO Turun 2 Persen setelah Naik 4 Hari Tanpa Henti

3 days ago 1

Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) melemah pada Selasa (12/11/2024), seiring para trader melakukan aksi ambil untung.

 Freepik)

Harga CPO Turun 2 Persen setelah Naik 4 Hari Tanpa Henti. (Foto: Freepik)

IDXChannel – Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) melemah pada Selasa (12/11/2024), seiring para trader melakukan aksi ambil untung setelah harga mencapai level tertinggi sejak pertengahan Juni 2022.

Berdasarkan data pasar, hingga pukul 14.46 WIB, harga CPO turun signifikan 2,33 persen ke level MYR5.075 per ton, memutus tren kenaikan 4 hari beruntun sebelumnya.

Dalam sepekan, harga CPO tumbuh 4,06 persen dan dalam sebulan melesat 19,72 persen. Sejak awal 2024 (YtD), harga minyak sawit melonjak 37,86 persen.

Sementara itu, harga minyak mentah juga melemah seiring pasar menantikan laporan bulanan terbaru.

Mengutip Trading Economics, Selasa (12/11/2024), pertumbuhan produksi minyak sawit mengalami stagnasi dalam beberapa tahun terakhir akibat perkebunan yang menua dan moratorium pembukaan lahan untuk mengurangi deforestasi.

Pada 2023, kekeringan yang dipicu oleh El Niño memperburuk situasi ini. Data dari Dewan Minyak Sawit Malaysia menunjukkan, produksi pada bulan Oktober turun 1,35 persen dari September menjadi 1,7 juta ton.

Stok akhir bulan juga menyusut 6,32 persen menjadi 1,88 juta ton, sementara ekspor melonjak 11,07 persen menjadi 1,73 juta ton, mencerminkan permintaan yang kuat.

Untuk mengendalikan harga domestik, Malaysia menaikkan bea ekspor minyak sawit mentah menjadi 10 persen untuk harga di atas MYR4.050.

Di sisi lain, Indonesia berencana meningkatkan campuran biodiesel dari 35 persen menjadi 50 persen pada 2028, dengan target sementara 40 persen pada 2025, langkah yang diperkirakan semakin memperketat pasokan minyak sawit global.

Sebelumnya, trader minyak sawit David Ng menyebutkan, ekspektasi permintaan yang lebih tinggi, seiring dengan langkah Indonesia untuk meningkatkan mandatori biodiesel, turut mendongkrak sentimen pasar.

Analis industri terkemuka menilai, penerapan mandat biodiesel yang lebih tinggi di Indonesia, produsen minyak sawit terbesar di dunia, diperkirakan memperketat pasokan minyak nabati.

Saat ini, Indonesia memiliki kewajiban campuran 35 persen bahan bakar berbasis sawit dalam biodiesel (B35) dan berencana meningkatkan hingga 40 persen sawit (B40) untuk mengurangi impor energi.

Rencana ini, jika diterapkan, dapat meningkatkan konsumsi biodiesel menjadi 16 juta kiloliter tahun depan. 

Langkah ini akan melibatkan tambahan penggunaan minyak sawit sebanyak 1,5 hingga 1,7 juta ton metrik, yang berdampak pada penurunan volume ekspor, kata Senior Analyst Oil World David Mielke dalam sebuah konferensi minyak sawit di Kuala Lumpur.

“Dalam situasi di mana kita kekurangan minyak, kenaikan mandat Indonesia sebesar 5 persen akan membuat pasokan menjadi ketat,” ujarnya kepada Reuters di sela-sela acara (9/10/2024).

“Bagi konsumen di seluruh dunia, ini akan menjadi bencana karena akan semakin sedikit minyak yang tersedia.”

B40 akan meningkatkan penggunaan minyak sawit Indonesia untuk biodiesel menjadi 13,9 juta ton metrik dari estimasi 11 juta ton yang dibutuhkan tahun ini dengan B35, menurut perkiraan Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI).

Dalam beberapa tahun terakhir, pasokan minyak sawit global terpengaruh oleh rendahnya produksi di dua negara pengekspor terbesar, Indonesia dan Malaysia, akibat kekurangan tenaga kerja yang parah selama pandemi, rendahnya penggunaan pupuk mahal, serta kondisi cuaca yang terus hujan.

Mielke memproyeksikan, produksi minyak sawit diperkirakan meningkat sebesar 2,3 juta ton metrik pada musim 2024/25 dibandingkan musim sebelumnya.

Hal tersebut seiring harga minyak kedelai sebagai pesaingnya diperkirakan meningkat dengan premium atas minyak sawit selambat-lambatnya Juni tahun depan.

Managing Director Glenauk Economics Julian McGill mengatakan pada acara tersebut, minyak sawit kemungkinan akan diperdagangkan di sekitar MYR4.000 (USD933,49) per ton metrik pada 2025. (Aldo Fernando)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |