Jika tidak ada aral melintang, proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Kilang Balikpapan, Kalimantan Timur, bakal rampung tahun depan.
Ditargetkan Selesai 2025, Intip Deretan Keunggulan Proyek di RDMP Balikpapan. (Foto: MNC Media)
IDXChannel - Jika tidak ada aral melintang, proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Kilang Balikpapan, Kalimantan Timur, bakal rampung tahun depan.
Proyek ini merupakan milestone baru bagi PT Pertamina (Persero) karena fasilitas yang dibangun oleh PT Kilang Pertamina Internasional melalui anak usahanya, PT Kilang Pertamina Balikpapan (KPB), ini menjadi salah satu proyek energi terbesar di Indonesia.
Dengan investasi jumbo sebesar USD7,4 miliar (sekitar Rp115,56 triliun, kurs Rp15.600 per USD), proyek RDMP Balikpapan juga menjadi legacy Pertamina dalam upaya menyediakan produk bahan bakar minyak (BBM) yang lebih ramah lingkungan serta berbagai produk lainnya berupa bahan baku industri petrokimia.
Salah satu produk yang akan dihasilkan RDMP Balikpapan adalah BBM setara Euro 5 yang dengan demikian kandungan sulfur maksimum 10 ppm. Kandungan sulfur ini jauh lebih rendah dibanding produk BBM Pertamina saat ini seperti Pertamina Dex, Pertamina Turbo, dan Pertamax Green 95 yang berstandar Euro 4 dengan kandungan 50 ppm.
“Kemampuan Kilang Balikpapan dalam memproduksi BBM setara Euro 5 tentunya akan semakin memantapkan langkah KPI dalam mendukung peta jalan pemerintah dalam menerapkan aturan standar BBM yang lebih ramah lingkungan,” ujar Direktur Utama KPI Taufik Aditiyawarman di sela-sela media visit proyek RDMP Balikpapan, Jumat (25/10/2024).
Sekadar informasi, Pemerintah telah mengeluarkan SK Dirjen Migas No. 447.K/2023 dan No. 110.K/2022 yang menetapkan BBM jenis Solar/Gasoil dan Bensin/Gasoline dengan batasan sulfur maksimum 50 ppm. Kedua aturan tesebut ditargetkan berlaku pada 1 Desember 2027 untuk jenis BBM solar dan 1 Januari 2028 untuk BBM jenis bensin. Untuk diketahui, saat ini produk KPI yang kandungan sulfurnya di bawah 50 ppm adalah Pertamax Turbo dan Pertamina Dex.
Di samping memproduksi BBM rendah sulfur, proyek RDMP Balikpapan juga sekaligus akan meningkatkan kapasitas produksi pengolahan minyak mentah dari semula 260 ribu barel per hari menjadi 360 ribu barel per hari.
Khusus untuk produk elpiji, keberadaan RDMP Balikpapan juga akan berdampak signifikan karna akan menghasilkan elpiji sebanyak 384 kilo ton per annum (KTPA) dari sebelumnya hanya 48 KTPA.
Fasilitas lain yang sedang masa finalisasi adalah unit pengolahan Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC) yang berkapasitas 90.000 barel per hari, terbesar di Indonesia. Sebagai perbandingan, RFCC di Kilang Cilacap berkapasitas 54 ribu barel per hari dan RFCC di Kilang Balongan berkapasitas 83 ribu barel per hari.
Saat ini, progres pembangunan RFCC di RDMP Balikpapan telah mencapai 93 persen. Fasilitas ini digadang-gadang menjadi salah satu sumber profit baru bagi KPI karena akan mengolah residu dari unit pengolahan Crude Oil Distillation (CDU) kilang eksisting.
Dari RFCC ini akan dihasilkan dua produk bernilai tinggi yakni propylene untuk bahan baku petrokimia dan industri plastik, serta sulfur yang bisa dijadikan bahan baku kosmetik atau pupuk. Tidak tanggung-tanggung, produksinya bisa mencapai masing-masing 225 ribu ton dan 58 ribu ton per tahun.
“RFCC ini akan menjadi sumber pendapatan baru bagi Kilang Balikpapan karena menghasilkan produk bernilai tambah tinggi dari residu pengolahan minyak,” tambah Vice President Construction Kilang Pertamina Balikpapan Sabar Simatupang.
Dia menambahkan, beberapa proyek lain yang sedang dalam penyelesaian adalah unit Diesel Hydrotreating (DHT), Naphtha Hydrotreating (NHT), dan Sulphur Recovery Unit (SRU). Secara keseluruhan, progress RDMP Balikpapan hingga pekan ketiga Oktober telah mencapai 91 persen.
Sementara itu, Corporate Secretary KPI Hermansyah Y Nasroen mengatakan, proyek RDMP Balikpapan merupakan salah satu proyek terbesar yang dikelola Pertamina saat ini dan akan menjadi salah satu legacy Pertamina dalam menjaga ketahanan energi nasional.
RDMP Balikpapan memang menjadi salah satu proyek terbesar yang pernah digarap oleh Pertamina. Selain kapasitas dan skala produksi yang besar, proyek ini juga didukung oleh ribuan peralatan pendukung yang mencapai 5.203 unit dengan berat keseluruhan mencapai 110 ribu ton atau setara dengan 4,5 kali berat patung Liberty di New York, Amerika Serikat.
Proyek RDMP Balikpapan juga telah mencatatkan pencapaian dengan terpasangnya peralatan RFCC terbesar di Kilang Balikpapan. Peralatan ini menjadi peralatan terberat di atas 1.000 ton. Jika dibandingkan, berat peralatan ini mencapai 12 kali berat pesawat boeing 737-800.
Peralatan lain dengan skala jumbo adalah perangkat propane/propylene splitter yang tingginya mencapai 110 meter atau setara dengan bangunan gedung 30 lantai. Dari sisi utilitas proyek RDMP Balikpapan juga mencatatkan pemasangan kabel elektrikal di atas 5 ribu km, setara dengan jarak Jakarta-Seoul.
Dari sisi tenaga kerja, proyek RDMP Balikpapan hingga pekan ketiga Oktober mampu menyerap 11.332 pekerja, dan tertinggi pernah mencapai sebanyak 22 ribu pekerja di masa puncak pengerjaan proyek. "Proyek RDMP Balikpapan secara keseluruhan akan diselesaikan pada tahun 2025, ini akan menjadi salah satu pencapaian terbesar Pertamina," ujar Hermasyah.
Seiiring peningkatan kapasitas pengolahan Kilang Balikpapan melalui proyek RDMP, KPI juga menyiapkan pasokan minyak mentah sekaligus memastikan utilitas pendukungnya. Fasilitas yang disiapkan antara lain penambahan kapasitas tangki minyak raksasa berkapasitas 1 juta barel sebanyak dua unit di Terminal Lawe-Lawe. Dengan demikian, jumlah tangki minyak mentah di Lawe-Lawe kini menjadi tujuh unit.
Guna memastikan keandalan pengiriman minyak mentah dari Terminal Lawe-Lawe ke kilang di Balikpapan, KPI membangun pipa minyak sepanjang 18,9 km. Dari total panjang pipa tersebut, 4,5 km pipa dipasang di perairan Teluk Balikpapan tak jauh dari jalur eksisting. (Wahyu Dwi Anggoro)