Jakarta -
Pemerintah Vietnam pertimbangkan tindakan tegas terhadap barang-barang China yang hendak dikirim ke Amerika Serikat (AS) melalui wilayahnya. Vietnam juga berencana memperketat kontrol ekspor ke China.
Dikutip dari Reuters, tindakan tegas Vietnam akan dilakukan menyusul kekhawatiran pejabat Gedung Putih Peter Navarro terhadap barang-barang China yang dikirim ke AS dengan label made in Vietnam alias buatan Vietnam demi menghindari tarif impor yang lebih rendah.
Vietnam diketahui telah melakukan negosiasi dengan Presiden AS Donald Trump untuk menjaga surplus perdagangannya ke AS. Akan tetapi, Trump justru menetapkan kenaikan tarif untuk Vietnam sebesar 46%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kala Trump mengumumkan adanya penundaan pengenaan tarif selama 90 hari, AS dan Vietnam sepakat untuk melakukan negosiasi. Negosiasi tersebut dilakukan oleh Wakil Perdana Menteri Vietnam dengan Perwakilan Dagang AS pada Rabu (9/4/2025).
Dari negosiasi tersebut, Vietnam berharap Trump dapat menurunkan tarif impornya ke kisaran 22% hingga 28%. Salah satu pejabat AS pun menyambut tawaran tersebut dengan mengatakan bahwa penurunan tarif untuk Vietnam mungkin saja terjadi.
Namun begitu, Kementerian perdagangan Vietnam dan kantor USTR tidak menanggapi permintaan komentar. Saat mengumumkan dimulainya perundingan dagang dengan AS pada hari Kamis (10/4/2025) kemarin, Pemerintah Vietnam juga menegaskan akan menindak tegas penipuan dagang yang mencatut label atas nama negaranya.
Usai Trump mengumumkan tarif, Pemerintah Vietnam juga diketahui melakukan koordinasi dengan para pakar perdagangan. Koordinasi itu dilakukan menyusul kekhawatiran Gedung Putih atas dugaan pencurian kekayaan intelektual dan penyalahgunaan transhipment atau label.
Pada pertemuan tersebut, pejabat kementerian perdagangan dan bea cukai Vietnam diminta untuk memperketat kontrol dan diberi waktu dua minggu untuk menyusun rencana guna memberantas transhipment ilegal hingga akhir April, kata orang tersebut.
Diketahui, banyak barang yang diekspor Vietnam ke Barat memiliki bahan baku buatan China, dan perusahaan China juga telah mendirikan pabrik di negara tersebut untuk melayani pelanggan AS.
Dalam banyak kasus, pekerja Vietnam memproses barang tersebut, yang kemudian dikirim secara legal ke AS dengan label Buatan Vietnam.
Data perdagangan resmi menunjukkan ekspor Vietnam ke AS dalam beberapa tahun terakhir didorong oleh impor dari China, dengan arus masuk dari Beijing sangat sesuai dengan nilai dan perubahan ekspor ke Washington.
Para pejabat AS pun menuduh bahwa China menggunakan Vietnam sebagai jalur untuk memperoleh tarif yang lebih rendah untuk barang-barang yang tidak melibatkan Vietnam secara signifikan.
"China menggunakan Vietnam untuk melakukan transshipment guna menghindari tarif," kata Navarro sebagaimana dikutip dari Reuters, Jumat (11/4/2025).
(hns/hns)