Bursa saham Asia melemah pada perdagangan Rabu (13/11/2024), mengikuti penurunan di Wall Street semalam seiring pasar mengambil jeda.
Bursa Saham Asia Turun, Ikuti Pelemahan Wall Street. (Foto: Reuters)
IDXChannel – Bursa saham Asia melemah pada perdagangan Rabu (13/11/2024), mengikuti penurunan di Wall Street semalam seiring pasar mengambil jeda dari reli pasca pemilihan umum (pemilu) Amerika Serikat (AS).
Menurut data pasar, pukul 09.25 WIB, Indeks Nikkei 225 turun 1,07 persen.
Mengutip Trading Economics, Rabu (13/11), data menunjukkan harga produsen Jepang naik pada laju tercepat dalam 14 bulan pada Oktober, menyoroti tekanan inflasi yang masih berlanjut.
Para investor juga terus mengevaluasi dampak dari rencana stimulus Jepang sebesar JPY10 triliun untuk produsen chip AI yang bertujuan memperkuat rantai pasokan penting di tengah ketegangan perdagangan antara AS dan China.
Bursa saham Hong Kong dan China juga melemah pada Rabu saat investor terus mencerna rencana Donald Trump untuk menunjuk tokoh berhaluan keras terhadap China dalam posisi-posisi kunci kabinetnya.
Indeks Hang Seng di Hong Kong dibuka turun 0,98 persen, mendekati posisi terendah tujuh minggu dan berpotensi menghapus semua kenaikan yang tercatat sejak Beijing meluncurkan paket stimulus besar pada akhir September.
Di China, indeks CSI 300 yang berisi saham unggulan melemah 0,6 persen dan Shanghai Composite terkoreksi 0,26 persen, sementara yuan mendekati posisi terendah tiga bulan.
KOSPI Korea Selatan juga tergerus, yakni sebesar 1,29 persen, dan ASX 200 terdepresiasi 0,97 persen.
Berbeda, Straits Times Index Singapura menguat 0,24 persen.
Wall Street Terkoreksi
Indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite ditutup melemah pada Selasa untuk pertama kalinya sejak pemilihan presiden (pilpres) AS pekan lalu, seiring pasar menantikan data resmi inflasi konsumen untuk Oktober.
Indeks S&P 500 turun 0,3 persen ke 5.984, sementara Nasdaq yang didominasi saham teknologi melemah 0,1 persen ke 19.281,4. Dow Jones Industrial Average merosot 0,9 persen menjadi 43.911.
Kemenangan Donald Trump atas Kamala Harris dalam pemilu Selasa lalu sempat mendorong kenaikan di pasar saham, dengan ketiga indeks utama ini mencatat rekor tertinggi pada penutupan Senin.
Saham produsen kendaraan listrik Tesla turun 6,2 persen, menjadi salah satu penurunan terbesar di Nasdaq.
Menurut Deutsche Bank, dikutip MT Newswires, Selasa (12/11), kapitalisasi pasar Tesla bertambah lebih dari USD300 miliar sejak malam pemilihan umum (pemilu), didorong oleh potensi dukungan dari pemerintahan Trump.
CEO Tesla Elon Musk juga menjadi pendukung utama kampanye Trump dalam pemilu presiden 2024 ini.
Imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun meningkat 12 basis poin menjadi 4,43 persen pada Selasa, sedangkan imbal hasil obligasi dua tahun naik 8,8 basis poin menjadi 4,34 persen.
Presiden The Fed Richmond Tom Barkin mengatakan, ekonomi AS berada di posisi yang baik, sementara suku bunga telah turun dari puncak terbarunya namun tetap lebih tinggi dari titik terendah historis.
Hal ini, kata Barkin, memungkinkan para pembuat kebijakan untuk merespons secara tepat sesuai perkembangan ekonomi.
Secara terpisah, Presiden The Fed Minneapolis Neel Kashkari menyatakan bahwa kebijakan moneter AS saat ini cukup ketat, seiring biaya pinjaman jangka pendek yang terus mendinginkan inflasi dan memperlambat ekonomi, meskipun tidak secara signifikan.
Pada Kamis lalu, Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) bank sentral AS menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin, menyusul penurunan sebesar 50 basis poin pada September.
Ekspektasi inflasi konsumen AS mendingin pada Oktober, sementara kekhawatiran di pasar tenaga kerja mereda, menurut survei Fed New York.
Data resmi yang akan dirilis Rabu diperkirakan menunjukkan inflasi konsumen naik 0,2 persen secara bulanan dan 2,6 persen secara tahunan pada bulan lalu, menurut konsensus Bloomberg. Data harga produsen untuk Oktober dijadwalkan rilis pada Kamis.
Optimisme usaha kecil di AS meningkat melebihi proyeksi pada Oktober.
Sementara, menurut survei terbaru dari National Federation of Independent Business, indeks ketidakpastian mencapai level tertinggi, meskipun ini kemungkinan akan membaik pasca pilpres. (Aldo Fernando)