Strategi Bank Jago (ARTO) Catat Pertumbuhan Laba di Tengah Tantangan Pasar

4 hours ago 5

PT Bank Jago Tbk (ARTO) mencatat kinerja yang solid sepanjang tiga bulan pertama 2025.

Strategi Bank Jago (ARTO) Catat Pertumbuhan Laba di Tengah Tantangan Pasar

Strategi Bank Jago (ARTO) Catat Pertumbuhan Laba di Tengah Tantangan Pasar

IDXChannel – PT Bank Jago Tbk (ARTO) mencatat kinerja yang solid sepanjang tiga bulan pertama 2025, melanjutkan tren pertumbuhan berkelanjutan sejak bertransformasi menjadi bank berbasis teknologi empat tahun lalu.

Melihat capaian tersebut, sejumlah analis menilai pionir bank digital berbasis ekosistem ini memiliki fundamental yang kuat untuk menghadapi risiko akibat volatilitas dan ketidakpastian pasar.

Hingga Maret 2025, Bank Jago membukukan laba bersih sebesar Rp60,27 miliar, meningkat signifikan 178 persen secara tahunan (year-on-year/YoY) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pencapaian ini sudah hampir mencapai separuh dari laba bersih sepanjang 2024 yang sebesar Rp128 miliar.

Direktur Utama Bank Jago, Arief Harris Tandjung, menjelaskan, perolehan laba bersih tersebut ditopang oleh ekspansi penyaluran pinjaman dan pembiayaan serta efisiensi operasional, terutama pos pencadangan yang efisien berkat mitigasi risiko yang cermat.

“Dengan situasi perekonomian global yang mengalami ketidakpastian, kami berusaha menjaga kinerja bank tetap positif dan tumbuh secara sehat dengan tetap mengamati potensi risiko dari gejolak yang ada,” kata Arief dalam siaran pers, Jumat (25/4/2025).

Jumlah outstanding atau baki debit pinjaman dan pembiayaan Bank Jago per Maret 2025 tercatat sebesar Rp20,25 triliun, tumbuh 42 persen secara tahunan (year-on-year). Pertumbuhan ini didorong oleh mesin penyaluran kredit yang beragam, mulai dari skema kemitraan dengan perusahaan pembiayaan dan platform P2P Lending, hingga kontribusi dari segmen Business Banking dan Digital Consumer Lending yang baru diluncurkan tahun lalu.

Analis mengapresiasi pencapaian tersebut, mengingat secara historis pertumbuhan kredit perbankan di awal tahun biasanya cenderung melandai, seiring aktivitas ekonomi yang belum sepenuhnya menggeliat.

“Selain itu, Bank Jago relatif lebih baik dari rata rata pertumbuhan kredit perbankan yang justru mengalami perlambatan,” kata Head of Research MNC Sekuritas, Victoria Venny.  

Mengutip data Bank Indonesia (BI), pertumbuhan kredit per Maret 2025 tercatat sebesar 9,16 persen secara tahunan (year-on-year), melambat dibandingkan pertumbuhan Februari 2025 yang mencapai 10,3 persen (year-on-year).

Meski penyaluran kredit yang terbilang ekspansif, Bank Jago mampu menjaga kualitas pembiayaannya dengan sangat cermat. Hal ini tercermin dari rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) gross yang hanya sebesar 0,3 persen, jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata industri yang mencapai 2,2 persen per Februari 2025.

Rasio NPL yang sangat rendah ini bahkan sempat menjadi perhatian sejumlah analis dalam forum analyst meeting.

“Kami justru berharap Bank Jago bisa lebih fleksibel dalam menjaga rasio NPL sehingga pertumbuhan kredit bisa dioptimalkan lagi. Sebagai bank digital yang bermain di segmen ritel, dengan NPL serendah ini, Bank Jago harusnya punya amunisi lebih dari cukup untuk menggenjot kredit,” tutur Venny.

Arief menjelaskan, mitigasi risiko yang cermat menjadi kunci keberhasilan Bank Jago dalam menjaga kualitas kredit. Dengan kualitas kredit yang terjaga, perseroan berhasil menurunkan beban penurunan kualitas kredit (impairment) menjadi Rp224 miliar, turun dari Rp304 miliar pada Desember 2024.

Sejalan dengan pertumbuhan kredit sebesar 42 persen, Bank Jago membukukan pendapatan bunga sebesar Rp754 miliar, meningkat 80,73 persen secara tahunan (year-on-year). Di sisi lain, beban bunga turut naik 102 persen menjadi Rp195 miliar.

Alhasil, pendapatan bunga bersih yang diraih Bank Jago tercatat sebesar Rp591,47 miliar, melonjak 71 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

“Kenaikan beban bunga menjadi tantangan utama industri perbankan saat ini, sebagai cermin ketatnya perebutan likuiditas di era suku bunga tinggi. Di sisi lain, bank terus memupuk dana pihak ketiga untuk menopang target kredit,” kata Venny.

Arief mengatakan, kenaikan beban bunga merupakan imbas dari kondisi pasar yang cukup volatil dalam setahun terakhir sehingga bank menyesuaikan tingkat bunga dan imbal hasil untuk dana yang dihimpun dari nasabah.

Meski demikian, struktur Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Jago tetap terjaga sehat, dengan porsi dana murah dalam bentuk giro dan tabungan mencapai 54 persen dari total DPK sebesar Rp21,44 triliun.

Efisiensi operasional pun membaik, tercermin dari rasio Cost to Income Ratio (CIR) yang turun signifikan. Per Maret 2025, rasio CIR tercatat sebesar 56 persen, membaik dibandingkan posisi Maret 2024 yang mencapai 80,10 persen.

Venny menilai, Bank Jago telah melewati fase kritis dalam periode investasi baru di mana fundamental yang dimiliki saat ini telah mencapai skala keekonomian. Dia menambahkan, sejak 2021 Bank Jago secara konsisten mencetak pertumbuhan laba bersih, didorong kinerja operasional yang berkelanjutan.

“Bisa dikatakan, Bank Jago saat ini bisa menuai apa yang telah ditanam empat tahun lalu dan dengan fundamental yang kuat, Bank Jago memiliki peluang untuk terus bertumbuh di tengah situasi pasar yang tidak menentu,” ujarnya.

Lebih lanjut, ia menerangkan, ekspansi Bank Jago ke segmen Business Banking dan Digital Consumer Lending akan membuat bank berkode ARTO itu memiliki penawaran paling lengkap kepada masyarakat, dibandingkan peers bank digital atau bank berbasis teknologi lainnya.

“Di antara bank digital yang ada saat ini, hanya Bank Jago yang bisa melayani segmen konvensional dan syariah sekaligus,” katanya.

Merujuk Laporan Keuangan Bank Jago posisi Maret 2025, portofolio pinjaman dan pembiayaan memang tergolong beragam di mana tidak terdapat konsentrasi di satu segmen tertentu.

Misalnya, komposisi pinjaman dan pembiayaan berdasarkan jenis penggunaan cukup seimbang di mana porsi untuk modal kerja mencapai 51,7 persen; untuk investasi 4,6 persen; dan untuk konsumsi 43,5 persen. Berdasarkan tenor, pinjaman dan pembiayaan Bank Jago didominasi tenor di atas 12 bulan sebesar 60,5 persen.

Ia menilai, diversifikasi portofolio merupakan faktor penting dalam bisnis bank di mana terdapat risiko kredit yang dihadapi oleh Bank. Venny menjelaskan, ketergantungan terhadap mitra, terutama yang masih memiliki afiliasi dengan bank akan membuat bisnis bank sukar bertumbuh secara berkelanjutan.

“Model bisnis Bank Jago yang proven membuat tesis digital bank yang berkembang empat tahun lalu menjadi terbukti saat ini, bukan omon-omon belaka,” tuturnya.

Di luar kelompok bank besar (big banks), saham Bank Jago menjadi sorotan utama berkat model bisnisnya yang berbeda dibandingkan bank-bank konvensional. Sebagai pembanding, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) bersama entitas anak membukukan laba bersih Rp14,1 triliun sepanjang kuartal I-2025, tumbuh 9,8 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp12,9 triliun.

Sementara itu, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) atau Bank BNI membukukan laba bersih Rp5,4 triliun, naik 1,3 persen dibandingkan Rp5,33 triliun pada kuartal I-2024.
Penurunan harga saham Bank Jago sepanjang tahun berjalan turut membuat valuasinya semakin menarik di mata investor.

Mengacu pada konsensus Bloomberg, pada 25 Apr 2025, terdapat 18 sekuritas yang mengulas ARTO, dengan rata-rata target harga dipatok di level Rp2.568 per saham.

Sebanyak 15 sekuritas memberikan rekomendasi beli (buy) dan 3 sekuritas memberikan rekomendasi tahan (hold). Tidak ada sekuritas yang memberikan rekomendasi jual.

Dengan capaian kinerja yang solid pada kuartal I-2025, didukung pertumbuhan laba, ekspansi kredit yang sehat, serta fundamental yang terjaga, Bank Jago memperlihatkan bahwa strategi transformasinya sebagai bank berbasis teknologi mulai membuahkan hasil dan menempatkannya dalam posisi yang lebih siap menghadapi berbagai tantangan dan peluang ke depan. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |