Saham Grup Bakrie Rebound, BRMS Naik 12 Persen

1 month ago 19

Saham Grup Bakrie kompak pulih pada Senin (18/11/2024) setelah dilanda aksi ambil untung (profit taking) pekan lalu.

 Freepik)

Saham Grup Bakrie Rebound, BRMS Naik 12 Persen. (Foto: Freepik)

IDXChannel – Saham Grup Bakrie kompak pulih pada Senin (18/11/2024) setelah dilanda aksi ambil untung (profit taking) pekan lalu, ketika turut terbebani koreksi pasar saham secara umum.

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham tambang emas PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), meningkat tajam 12,50 persen ke Rp450 per saham.

Praktis, saham BRMS berbalik arah usai melemah 4 hari beruntun di pekan lalu.

Saham BRMS sempat meningkat tajam di awal November lalu, didorong kenaikan harga emas dunia dan rumor potensi inklusi indeks MSCI.

Saham induk BRMS, emiten tambang PT Bumi Resources Tbk (BUMI) juga naik, yakni 2,68 persen, menghentikan pelemahan 3 hari sebelumnya.

Kemudian, saham Grup Bakrie lainnya, PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) tumbuh 4,17 persen, PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) terkerek 3,15 persen, dan PT Darma Henwa Tbk (DEWA) terapresiasi 0,86 persen.

Saham DEWA rebound setelah turun pada Kamis (14/11) dan Jumat (15/11) pekan lalu.

Sebelumnya, saham DEWA sempat reli 4 hari beruntun selama 8-13 November 2024 seiring adanya rumor aksi korporasi dan masuknya konglomerat Indonesia.

Pengamat pasar modal Michael Yeoh menjelaskan, saat dihubungi IDXChannel.com, Rabu (13/11/2024) lalu, kenaikan saham DEWA beberapa hari lalu seiring tersengat potensi aksi korporasi (corporate action) dan masuknya investor strategis, yakni pemilik Grup Salim.

Seiring dengan itu, Michael menambahkan, DEWA memiliki potensi valuasi yang signifikan, diperkirakan di kisaran Rp150 per saham hingga Rp200 per saham.

Menurut Michael, potensi ini didorong oleh rencana konversi utang DEWA dalam bentuk obligasi menjadi ekuitas, melalui skema convertible bonds.

“DEWA ini memiliki utang dalam bonds (obligasi) yang nilainya jauh lebih besar dari market cap DEWA. Pembeli dari bonds ini adalah Pak [Anthoni] Salim, selaku pemilik grup Indofood,” kata Michael.

Dia melanjutkan, “utang DEWA dalam obligasi ini akan dikonversi ke dalam ekuitas sehingga DEWA wajib melakukan corporate action untuk menambah ekuitas, salah satunya dengan right issue.”

Selain itu, Yeoh mencatat adanya prospek positif dari proyek tambang emas BRMS dan potensi keuntungan dari royalti batu bara BUMI.

“Kita tahu, DEWA merupakan subkontraktor dari BUMI dan BRMS,” ujarnya.

Dari sisi teknikal, Yeoh mengungkapkan, pada Rabu pekan lalu, saham DEWA telah mencapai rekor tertinggi alias all-time high (ATH) dengan peningkatan volume yang signifikan.

Berdasarkan metode Elliott Wave, DEWA kini berada di gelombang (wave) ketiga dengan potensi puncak gelombang di angka Rp170.

“Penentuan target DEWA hanya bisa menggunakan metode Elliot Wave, yang saya lihat saat ini berada dalam wave ketiga, dengan potensi pucuk wave 3 di angka 170,” kata Yeoh.

Sebelumnya, dalam keterbukaan informasi pada 30 Oktober 2024, DEWA mengumumkan rencana audit atas laporan keuangan konsolidasi untuk periode buku yang berakhir 30 September 2024.

Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 31/POJK.04/2015 mengenai keterbukaan informasi serta Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia Nomor Kep-00015/BEI/01-2021 tentang kewajiban penyampaian informasi.

Audit ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan internal perusahaan, terutama terkait dengan kemungkinan adanya rencana aksi korporasi yang sesuai dengan kebutuhan perseroan.

Berdasarkan ketentuan yang berlaku, Darma Henwa berkomitmen untuk menyampaikan hasil audit tersebut paling lambat pada 31 Desember 2024. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |