Laju Kencang DCII Milik Toto Sugiri, Kokoh Jadi Saham Termahal

4 hours ago 1

Saham DCII melonjak tajam dan mencetak rekor tertinggi. Rencana stock split dinilai berpotensi meningkatkan likuiditas dan peluang masuk MSCI.

 MNC Media)

Laju Kencang DCII Milik Toto Sugiri, Kokoh Jadi Saham Termahal. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Saham PT DCI Indonesia Tbk (DCII) terus melesat tajam dalam beberapa waktu terakhir, meskipun emiten milik Toto Sugiri dan Anthoni Salim ini masuk ke papan pemantauan khusus dengan mekanisme full call auction (FCA).

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), hingga penutupan sesi I pada Kamis (13/3/2025), saham DCII melonjak 10 persen dan menyentuh batas auto rejection atas (ARA) di papan pemantauan khusus, mencapai Rp226.150 per saham. Level ini menjadi rekor tertinggi sepanjang masa (ATH) sejak DCII melantai di bursa pada Januari 2021.

Dengan harga saat ini, DCII juga tercatat sebagai saham termahal di bursa, melampaui PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR) yang diperdagangkan di Rp43.875 per saham, PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) di Rp42.000 per saham, serta PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) di Rp38.600 per saham.

Dalam sepekan terakhir, saham DCII melesat 60,99 persen, sementara dalam sebulan terakhir melonjak 394,86 persen.

Fluktuasi harga yang tajam membuat BEI sempat menghentikan perdagangan (suspensi) saham ini sebanyak dua kali, yakni pada 25 Februari 2025 serta pada 27 Februari hingga 4 Maret 2025.

Setelah kembali diperdagangkan pada 5 Maret 2025, saham DCII terus mengalami kenaikan signifikan, meskipun berada di papan full call auction (FCA), yang umumnya membatasi likuiditas dan transaksi perdagangan.

Stock split dan Potensi MSCI

Lonjakan harga saham DCII terjadi di tengah kabar bahwa perseroan tengah mempertimbangkan aksi pemecahan nilai nominal saham (stock split). Direktur Utama DCII, Toto Sugiri, mengungkapkan rencana tersebut dalam pertemuan dengan sejumlah media di Jakarta, pada 18 Februari 2025.

Saat ini, saham DCII dikenal memiliki likuiditas rendah akibat harga per unit yang tinggi. Ambil contoh, pada Kamis (13/3/2025), nilai transaksi DCII hanya Rp927 juta dengan volume sangat tipis, yakni 4.100 saham.

Stock split umumnya dilakukan untuk meningkatkan likuiditas dengan menurunkan harga saham per unit, sehingga lebih terjangkau bagi investor ritel.

Langkah ini juga berpotensi memperluas basis investor dan meningkatkan partisipasi pasar terhadap saham DCII. Jika terealisasi, saham ini diperkirakan akan lebih aktif diperdagangkan.

Soal kinerja keuangan, DCII mencatat laba bersih sebesar Rp796,5 miliar pada 2024, meningkat 54,9 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp514,2 miliar.  

Kenaikan laba ini didorong oleh lonjakan pendapatan sepanjang 2024. Pendapatan DCII tumbuh 38,8 persen menjadi Rp1,81 triliun dari sebelumnya Rp1,30 triliun.

DCII juga mengumumkan rencana Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) secara elektronik pada 22 April 2025.

Sebelumnya, pengamat pasar modal Michael Yeoh menilai, sentimen positif dari pusat data (data center) memang besar besar seiring pesatnya perkembangan teknologi di Indonesia, mengikuti tren yang terjadi di Amerika Serikat dan China.

Menurutnya, kebutuhan akan layanan pusat data akan semakin meningkat sejalan dengan transformasi digital di berbagai sektor.

Meski likuiditas perdagangan saham DCII tergolong kecil sehingga peluang masuk dalam indeks global MSCI maupun FTSE cukup rendah, Michael menilai langkah perusahaan yang berencana melakukan stock split menarik untuk dicermati.

Stock split akan membuat saham DCII yang saat ini menjadi saham termahal di IHSG lebih terjangkau oleh investor ritel.

“Sehingga bukan tidak mungkin jika transaksi yang semakin ramai memungkinkan algoritma MSCI dan FTSE untuk memasukkan DCII sebagai konstituen,” ujar Michael kepada IDXChannel.com, Jumat (7/3/2025) lalu. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |