Saham BRMS Melemah 3 Hari Beruntun, Kapan Rebound?

1 day ago 1

Saham emiten tambang emas PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) kembali terkoreksi pada perdagangan Kamis (14/11/2024).

Saham BRMS Melemah 3 Hari Beruntun, Kapan Rebound? (Foto: Freepik)

Saham BRMS Melemah 3 Hari Beruntun, Kapan Rebound? (Foto: Freepik)

IDXChannel – Saham emiten tambang emas PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) kembali terkoreksi pada perdagangan Kamis (14/11/2024), di tengah berlanjutnya aksi ambil untung (profit taking) investor.

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 15.09 WIB, saham BRMS merosot 5,00 persen ke Rp418 per saham.

Nilai transaksi tercatat sebesar Rp961,22 miliar. Volume perdagangan 2,27 miliar saham.

Dengan ini, saham BRMS turun tiga hari beruntun.

Secara teknikal, level support terdekat untuk saham BRMS berada di 400-390, dengan resistance berada di 450-460.

Dalam sepekan, saham BRMS menguat 4 persen dan dalam sebulan mendaki 23 persen.

Prospek BRMS

Prospek BRMS dinilai cerah seiring rencana ekspansi yang fokus pada peningkatan kapasitas produksi emas dan eksplorasi cadangan baru, berupaya memperkuat posisi di industri tambang Indonesia.

Didukung oleh grup besar dan proyeksi peningkatan permintaan, BRMS menargetkan pertumbuhan signifikan dalam beberapa tahun ke depan.

Samuel Sekuritas Indonesia dalam riset terbarunya pada 1 November 2024 mengungkapkan optimisme tinggi terhadap ekspansi besar BRMS.

Kunjungan Samuel Sekuritas ke beberapa manajer investasi (fund manager) menunjukkan minat kuat para investor terhadap rencana BRMS meningkatkan kapasitas produksi emas dengan tambahan 4.000 ton per hari (tpd) dan rencana tambang bawah tanah pada 2027 di tambang Citra Palu Mineral (CPM), Sulawesi.

Sebagai emiten dengan cadangan emas terbesar kedua di Indonesia, pertumbuhan BRMS diprediksi semakin kuat dengan dukungan AP Investment/Grup Salim, yang diharapkan mendorong pertumbuhan EBITDA per tahun (CAGR) sebesar 22,0 persen pada periode 2024-2028 dan 19,2 persen untuk laba per saham (EPS).

Kontribusi CPM

CPM di Sulawesi Tengah menjadi andalan utama BRMS dengan cadangan emas sebesar 31,5 juta ton dan sumber daya mencapai 40,2 juta ton dengan kadar bijih rata-rata 3,5 gram per ton.

Saat ini, BRMS mengoperasikan dua pabrik dengan total kapasitas pengolahan bijih 4.500 tpd, serta rencana pengoperasian pabrik ketiga berbasis heap leach pada kuartal IV-2024, menambah kapasitas 4.000 tpd.

Di tambang bawah tanah Poboya, BRMS menargetkan bijih dengan kadar emas yang lebih tinggi, yaitu 4,9 gram per ton, yang diproyeksikan akan meningkatkan produksi dore bullion hingga 145,4 ribu ons pada 2027, naik 165,6 persen dari produksi saat ini.

Potensi dari Tambang Emas & Tembaga di Wilayah Lain

Menurut catatan analis Samuel Sekuritas, BRMS juga memiliki sejumlah aset cadangan potensial lainnya, seperti tambang di Banten, Aceh, dan Gorontalo dengan total cadangan mencapai 126,1 juta ton, empat kali lebih besar dari CPM.

Salah satu proyek yang akan dikomersialisasikan adalah tambang Gorontalo Minerals pada 2026, dengan kapasitas pengolahan 2.000 tpd dan kadar tembaga serta emas masing-masing sebesar 0,49 persen dan 0,43 gram per ton.

Samuel Sekuritas memperkirakan langkah ini dapat mendorong EBITDA BRMS pada 2028 menjadi USD107 juta (naik 56,3 persen YoY) dan laba bersih menjadi USD129 juta (naik 21,0 persen YoY).

Target Kinerja 2025

Dengan produksi dore bullion sebesar 54,7 ribu ons pada 2024 (naik 135,3 persen YoY) dan target 78 ribu ons pada 2025 (naik 42,5 persen YoY), dan kenaikan harga emas hingga USD2.600 per troy ons, BRMS diperkirakan mencapai pendapatan USD207 juta (naik 57,5 persen YoY) dan EBITDA sebesar USD75 juta (naik 70,6 persen YoY) pada 2025.

Samuel Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli (buy) dengan target harga baru dari Rp230 per saham menjadi Rp500 per saham (berdasarkan metode SOTP), mencerminkan valuasi EV per cadangan (EV/reserve) sebesar USD26,6 per ton dan potensi kenaikan sebesar 35,9 persen.

“Masih terdapat potensi kenaikan lebih lanjut karena target harga kami belum memperhitungkan komersialisasi aset-aset lain BRMS maupun penjualan produk sampingan tambahan,” kata analis Samuel Sekuritas.

Lebih lanjut, katalisator dalam waktu dekat berupa pengumuman cadangan emas JORC dengan kadar yang lebih tinggi dan laporan kinerja keuangan kuartal III-2024 yang solid.

Namun, risiko penurunan meliputi harga emas yang melemah, penundaan operasional, serta kendala pendanaan yang mungkin dihadapi. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |