Sebelum akhirnya sukses dengan bisnis online shop, Ilham pernah lima kali gagal membangun usaha dan menghabiskan modal dari orang tuanya.
Perjuangan Seorang Pengangguran hingga Sukses Hasilkan Rp6 Miliar lewat Onshop. (Foto: YouTube/HaloBos)
IDXChannel—Perjalanan hidup Ilham, pemilik toko online SepatuFM Bogor, adalah contoh perjuangan seorang pengangguran hingga sukses. Pria asal kota hujan ini menganggur dan berkali-kali rugi dalam berbisnis sebelum akhirnya berhasil online shop.
Kini Ilham dapat mencatatkan omzet hingga miliaran rupiah dalam satu tahun melalui toko online-nya. Namun keberhasilannya ini diawali dengan perjalanan panjang yang pahit, jatuh bangun berkali-kali dengan modal yang tidak sedikit.
Ketika berulang kali menjajal usaha, Ilham yang dulu menganggur meminjam dana dari orang tuanya untuk modal, dan karena terus gagal, uang tabungan dari hasil usaha orang tuanya berjualan sayur itu ludes perlahan-lahan.
Kisah inspiratif perjuangan Ilham sejak pengangguran hingga sukses menjadi juragan toko online ini pernah diangkat oleh kanal YouTube HaloBos. Pada wawancara singkat itu, Ilham mengatakan dulu dia bahkan sempat terjerat narkoba.
“Sejak SD sudah bercita-cita menjadi pengusaha, tapi baru menjalani itu setelah lulus SMA. Kalau ditanya kenapa, karena lingkungan. Kedua orang tua saya berdagang, ayah saya jualan sayur,” tutur Ilham.
Perjalanan pendidikannya pun terjal. Ilham terlambat masuk SD, yakni di usia 7 tahun. Lalu ketika SMP dia dropout sekali, kemudian menganggur sekolah selama setahun. Akibatnya, dia lulus SMA di usia 20 tahun.
Perjuangan Seorang Pengangguran hingga Sukses, Berkali-kali Gagal Usaha
Ilham menyadari peluangnya untuk mencari pekerjaan seperti anak-anak lain telah pupus karena batasan usia, gara-gara terlambat lulus. Teman-teman seusianya, telah lebih dulu memasuki pasar lapangan kerja.
Dia pun sempat kuliah, tapi hanya dua semester karena tidak kuat. Ketika kuliah, dia sudah mulai berusaha mendapatkan uang sendiri. Awalnya dia mencoba trading forex menggunakan uang dari ibunya. Upaya itu gagal.
Lalu pada 2014, ketika ada piala dunia di Brasil dia berupaya menjual baju bola dengan modal Rp2 juta. Kemudian gagal lagi. Lalu dia mencoba untuk memproduksi pupuk organik, karena dasar pendidikannya adalah kimia. Namun lagi-lagi, ini gagal juga.
“Pupuk organik modalnya Rp7 jutaan, sama gagal juga. Pupuknya bagus, tapi salahnya saya tidak memikirkan ini dibutuhkan tidak sama orang sekitar? Dulu juga yang organik kan kurang populer,” tutur Ilham.
Kemudian Ilham kembali meminjam modal dari orang tuanya senilai Rp100 juta untuk memulai usaha baru. Kali ini dia mencoba usaha bengkel. Bisnis ini bertahan cukup lama, yakni sembilan bulan.
Namun sialnya, dia kemalingan barang dagangan. Ilham masih pantang menyerah, dia kembali meminjam modal dari orang tua senilai Rp20 juta untuk berbelanja barang. Tiga bulan kemudian, bengkelnya kemalingan lagi.
Kali ini, para maling bukan mengambil barang dagangan, tapi mencuri peralatan bengkel seperti kompresor, kabel-kabel, bor, alat press tambal ban, dan sebagainya. Pada titik ini, Ilham mulai putus asa.
“Saya bilang ke orang tua, ya pastilah mereka memarahi, tapi mau gimana lagi. Akhirnya saya tutup bengkel dan saya borongin barang sisa, nominalnya sekitar Rp25 juta harga modalnya,” lanjutnya.
Kemudian dia mencoba menjual borongan barang sisa bengkelnya ke bengkel lain. Pada tahap ini pun Ilham kena sial lagi. Barang telah dia oper, tapi si pemilik bengkel hanya menyanggupi membayar Rp500.000, padahal semula keduanya telah nego dan si pemilik bengkel bersedia menampung barang milik Ilham senilai Rp12 juta.
Satu bulan dia memberikan waktu untuk pelunasan, tetapi orang tersebut kabur membawa uang berikut peralatan bengkelnya yang tersisa itu. Pada masa ini, dia mulai pasrah dan kehabisan uang.
Dia sempat berpikir untuk bekerja dan mencari pengalaman. Namun Ilham tidak juga tertarik untuk bekerja. Dia yakin siapa pun bisa bekerja, yang menghalangi adalah ego, dan Ilham mengakui bahwa ego memang menghalanginya untuk mencari pekerjaan.
Dalam keadaan uang tabungan orang tuanya yang hampir habis, Ilham masih berniat untuk mencoba usaha. Kali ini dengan katering dengan hotel, dan sekali lagi, usaha ini pun gagal. Dalam dua bulan dia hanya bisa menghasilkan Rp1,5 juta.
Sebelum akhirnya beralih ke katering pun, Ilham pernah mencoba dua usaha lainnya, yakni perkebunan dan cuci steam kendaraan. Kali ini dia tidak langsung turun tangan, hanya menitipkan modal ke orang lain. Bisa ditebak, hasilnya gagal.
Setelah gagal dengan katering, Ilham beristirahat selama sebulan dan mulai berintrospeksi. Mulai bertanya-tanya apakah dia memang tidak ditakdirkan untuk mencari penghidupan dari berusaha. Semangatnya pun mulai patah.
Keputusasaan Ilham sangat bisa dipahami, dengan kegagalan usaha berkali-kali seperti itu. Mau tidak mau dia mesti menanggung malu, terlebih para tetangga pun turut memberi komentar yang kurang enak.
Perjuangan Seorang Pengangguran hingga Sukses, Ketika Tekad Mulai Membuahkan Hasil
Ilham melihat iklan Bukalapak saat menonton YouTube. Saat itu, platform e-commerce masih belum begitu populer di kalangan masyarakat. Karena penasaran, Ilham pun mulai mencari tahu cara kerja marketplace.
“Tapi saya jualan apa? Akhirnya saya googling ‘produsen Bogor’, jadi saya cari Bogor itu produsen terbesar apa sih? Ternyata Bogor itu produsen alas kaki terbesar secara kuantitas, untuk alas kaki harga murah,” kata Ilham.
Dari sinilah, semangat Ilham kembali bangkit. Kali dia menjual motornya untuk mendapatkan modal. Penjualan itu menghasilkan Rp10 juta. Ilham mulai berbelanja produk alas kaki dengan harga murah. Kali ini dia berhati-hati mengelola uang, belajar dari kegagalannya dengan usaha bengkel.
Dia berkali-kali belanja alas kaki hingga menghabiskan modal Rp10 juta itu dengan beragam jenis produk. Ilham pertama mengunggah produk di e-commerce pada Juni, dan baru mendapatkan customer pertama pada September.
“Saat itu belum pakai strategi apa-apa. Invoice masih tulis tangan karena tidak ada printer. Sempat mikir ‘Ini benar enggak, sih?’ karena belum pernah belanja online,” katanya.
Setelah uang pembelian dari customer pertamanya itu cair, Ilham akhirnya yakin sistem marketplace memang nyata dan dapat dimanfaatkan untuk berdagang. Dari situ dia mulai lebih tekun mempelajari cara berjualan di marketplace.
Mulai dari pembuatan foto, judul, deskripsi barang, penentuan harga jual, pengiklanan, dan sebagainya. Perlahan-lahan, toko onlinenya mulai menerima beberapa order. Pada 2017, dia mulai dapat mencatatkan 100 order dalam sehari.
Penjualannya mulai meningkat dari tahun ke tahun, pada 2021 dia mampu mencatatkan penjualan hingga 1.500 pesanan. Selepas 2017, Ilham mulai berani mempekerjakan orang lain untuk membantu usahanya.
Saat ini, toko online Ilham telah menghasilkan penjualan senilai Rp6 miliar pada 2020. Kemudian pada 2021, saat pandemi covid-19, dalam tujuh bulan dia pun sudah mampu menghasilkan Rp6 miliar.
Dari perjalanan bisnisnya ini, Ilham merasa sangat bersyukur karena kedua orang tuanya tak pernah berhenti mendukungnya, dan bersedia menerimanya dengan tangan terbuka sekalipun dia telah berulang kali gagal.
Itulah perjuangan seorang pengangguran hingga sukses menjadi pebisnis online dengan omzet miliaran rupiah.
(Nadya Kurnia)