Kutip Lagu Indonesia Raya, Ketum Muhammadiyah Ingatkan Pentingnya Kualitas SDM  

9 hours ago 3

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO - Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Haedar Nashir menegaskan pendidikan tinggi menjadi kunci utama daya saing bangsa melalui penguatan sumber daya manusia unggul, progresif, dan berkarakter nilai Pancasila, agama, serta kebudayaan nasional.

Saat mengunjungi Kampus 2 Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) di Sokaraja, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Senin siang, Haedar mengatakan UMP bersama seluruh perguruan tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah merupakan bagian dari program strategis Muhammadiyah dalam membangun bangsa melalui pendidikan tinggi.

Menurut dia, perguruan tinggi Muhammadiyah diarahkan menjadi driving force sekaligus driving code, yakni kekuatan penggerak dan kekuatan pertumbuhan dalam pengembangan pendidikan berbasis peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).

"Perguruan Tinggi Muhammadiyah harus menjadi kekuatan penggerak pengembangan pendidikan yang berbasis pada penguatan SDM. Kita harus berani melompat dengan langkah-langkah progresif," katanya.

Ia menilai, peningkatan kualitas SDM menjadi keharusan agar Indonesia mampu bertanding dan bersaing dengan negara-negara di kawasan ASEAN, yang saat ini masih menunjukkan ketertinggalan relatif dalam sejumlah indikator.

Menurut dia, tidak ada bangsa yang dapat maju tanpa SDM yang unggul, sehingga seluruh pembangunan yang dilakukan Muhammadiyah, termasuk pengembangan pendidikan tinggi, merupakan bagian dari strategi besar penguatan SDM nasional.

Lebih lanjut, Haedar menekankan bahwa membangun bangsa tidak hanya berfokus pada pembangunan fisik, tetapi juga pembangunan nilai atau value.

Ia mengingatkan makna lirik lagu Indonesia Raya, "bangunlah jiwanya, bangunlah badannya", sebagai prinsip pembangunan yang harus berjalan seimbang.

"Kalau fisik dibangun tetapi jiwanya tertinggal, bangsa itu akan keropos. Sebaliknya, jika hanya membangun jiwanya tetapi fisiknya tertinggal, bangsa juga akan terbelakang," katanya.

Dalam konteks tersebut, dia menegaskan Pancasila, agama, dan kebudayaan bangsa harus hidup sebagai nilai yang dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, bukan sekadar norma tertulis.

Oleh karena itu, kata dia, Pancasila perlu diwujudkan dalam praktik berbangsa dan bernegara.

Ia juga menekankan peran agama sebagai sumber keteladanan yang mencerahkan umat dan menjadi model perilaku yang baik di tengah masyarakat.

Menurut dia, umat beragama seharusnya tampil sebagai contoh yang menebarkan nilai-nilai kebajikan.

Selain itu, dia mengingatkan pentingnya menjaga persatuan dan menghormati keberagaman suku serta kebudayaan bangsa, terutama di era media sosial.

Ia menilai ujaran yang merendahkan atau menyerang suku lain berpotensi memicu perpecahan.

"Setiap suku bangsa memiliki keunggulan dan kekurangan. Kita harus bersatu dalam perbedaan itu menjadi Indonesia, bukan menjadi suku-suku bangsa yang saling bertikai," katanya.

Haedar mengatakan, persatuan bangsa menjadi sangat penting di tengah berbagai musibah dan tantangan yang dihadapi Indonesia, agar energi kolektif bangsa dapat difokuskan untuk membangun masa depan yang maju, berdaya saing, dan berkeadaban.

sumber : Antara

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |