Kisah Sukses Agripreneur: Bermula di Indekos, Kini Bangun Green House Hidroponik

3 weeks ago 8

Ardan mulai bercocok tanam dengan metode hidroponik saat masih tinggal di indekos, dan kini telah sukses membangun green house.

 Punca Media)

Kisah Sukses Agripreneur: Bermula di Indekos, Kini Bangun Green House Hidroponik. (Foto: Punca Media)

IDXChannelKisah sukses agripreneur dari Yogyakarta ini menarik untuk diulas. Ahmad Ardan Ardianto adalah pemilik dan pendiri Dewaponik, usaha pertanian green house hidroponik yang bergerak di bidang jasa dan perdagangan hasil tani. 

Ardan mulai bercocok tanam dengan metode hidroponik saat masih tinggal di indekos, dan kini telah sukses membangun green house yang memiliki beragam jenis tanaman hidroponik yang hasil panennya dijual ke konsumen. 

Namun selain menjual hasil panen green house-nya, Ardan juga melayani permintaan pembuatan green house, penjualan peralatan hidroponik, dan menyediakan benih untuk penanaman dengan metode hidroponik. 

“Saya mulai bercocok tanam ini karena tidak ada kegiatan. Saya mulai saat masih di kos-kosan, mulai produksi dengan peralatan yang paling sederhana, dan melalui uji coba dengan berbagai sistem,” kata Ardan di kanal YouTube Punca Media. 

Dari usaha sederhana itu, Ardan terus mencatatkan permintaan sampai akhirnya dia mampu membangun green house sederhana. Tujuannya membangun green house agar proses penanaman lebih terukur dan produksi lebih berkelanjutan. 

Menariknya, Ardan memiliki latar belakangan pendidikan manajemen. Dia bukan berasal dari keluarga petani, bahkan tidak ada satu pun anggota keluarganya yang bekerja sebagai petani. 

Sebagai satu-satunya anak di keluarganya yang melanjutkan pendidikan ke universitas, usaha Ardan membangun green house hidroponik ini sempat disangsikan oleh anggota keluarganya. Tak sedikit yang menyayangkan gelarnya sebagai sarjana.

Ardan memilih hidroponik karena menilai metode penanamannya cenderung lebih bersih dibanding pertanian konvensional. Selain itu, hidroponik memungkinkannya untuk bercocok tanam di lahan yang terbatas. 

“Waktu itu saya bangun green house masih dengan bambu, karena budgetnya minamalis. Modelnya juga masih neko-neko, masih tidak jelas,” lanjut Ardan. 

Namun pada akhirnya usaha green house ini dapat berkembang seiring waktu berjalan, apalagi permintaan terus masuk, baik untuk penjualan sayur maupun pembuatan green house dan instalasi hidroponik. 

Tentu saja dalam menjalankan bisnis ini, Ardan beberapa kali menghadapi kendala. Mulai dari panen raya yang membuat hasil panennya tidak terserap, ditipu orang yang memesan green house, dan proses pembuatan oleh pihak ketiga yang membuat pesanan tidak sesuai standar. 

Dewaponik Green House memproduksi sayur mayur mulai dari penyemaian benih, hingga pembesaran tanaman. Terdapat rak-rak penanaman untuk tiap tahapan, mulai dari penyemaian hingga pembesaran. 

Dewaponik menanam selada hijau, selada merah, selada romaine, beragam sawi-sawian, dan sebagainya. Green house mengontrol penanaman mulai dari PH air yang digunakan untuk media tanam, pemberian nutrisi tanaman, dan kebersihan green house dari potensi kontaminasi. 

“Panen biasanya di usia 40 hari, kecuali kangkung yang bisa panen lebih cepat. Sayur per pack itu mulai dari Rp3.000-an sampai Rp15.000, tapi kami kebanyakan mengirim per kilo mulai dari Rp15.000 sampai Rp60.000 per kilo,” kata Ardan. 

Dewaponik menjual sayur dengan kemitraan. Mitra-mitra Dewaponik juga memiliki kebun hidroponik sendiri. Sementara pemesanan berasal dari restoran, warung makan, kafe, hingga pelanggan per orangan. 

Ardan mengaku pemasukan usahanya lebih dominan dikontribusi oleh alat dan bahan hidroponik. “Omzet rata-rata sudah di Rp30 juta sampai Rp70 juta per bulan,” kata Ardan. 

Itulah kisah sukses agripreneur dari Yogyakarta yang sukses membangun green house hidroponik. 


(Nadya Kurnia)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |