Jakarta -
Jepang baru-baru ini menarik perhatian dunia lantaran disebut punya senjata pamungkas untuk negosiasi tarif resiprokal yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Jepang menjadi negara asing pemegang obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS).
Pada Jumat lalu, Menteri Keuangan Jepang Katsunobu Kato, mengatakan penjualan obligasi tersebut merupakan alat negosiasi ke pemerintah AS terkait tarif impor. Jepang dikenakan tarif 24%.
"Kartu itu memang ada, tetapi saya pikir apakah kita memilih untuk menggunakannya atau tidak akan menjadi keputusan yang terpisah," kata Kato pada saat itu, dikutip dari CNN International, Selasa (8/5/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dua hari kemudian, Kato menarik kembali komentarnya, dan menekankan tidak akan menggunakan penjualan obligasi sebagai alat negosiasi. "Tidak mempertimbangkan penjualan obligasi pemerintah AS sebagai sarana negosiasi Jepang-AS," terang dia.
Para ahli menilai Jepang tidak mungkin melawan AS dengan kepemilikan obligasi dalam perang dagang. Sebab, menjual obligasi pemerintah AS dianggap sebagai langkah ekstrem yang kemungkinan akan menjadi bumerang.
Sebagai kreditor asing terbesar Amerika, Jepang memiliki US$1,1 triliun obligasi pemerintah AS. Hal itu memberi Jepang memberikan kekuatan saat berupaya mencapai kesepakatan perdagangan dengan Gedung Putih.
Direktur Ekonomi di Budget Lab Yale sekaligus Kepala Ekonom Pemerintahan Joe Biden Ernie Tedeschi menilai jika Jepang menjual sejumlah besar obligasi AS, kemungkinan besar hal itu akan memicu aksi jual besar-besaran obligasi pemerintah AS. Suku bunga obligasi pemerintah AS akan meningkat tajam sehingga dapat membuat investor panik.
"Hal ini akan menimbulkan guncangan di pasar keuangan dunia jika salah satu pembeli obligasi pemerintah yang paling dapat diandalkan tidak lagi berminat untuk membelinya," kata Ernie Tedeschi.
Jepang bukan satu-satunya negara yang dikenakan tarif impor meskipun memegang obligasi pemerintahan AS. China telah dikenakan tarif setidaknya 145% pada sebagian besar barang, tetapi juga merupakan kreditor asing terbesar kedua bagi Amerika dengan senilai US$784 miliar hingga Februari.
Inggris dikenakan tarif 10% juga menjadi kreditor asing terbesar ketiga Amerika, dengan US Treasury senilai US$750 miliar. Dan pemegang US Treasury terbesar keenam, Kanada, terancam dengan tarif lebih tinggi jika tidak bergabung dengan Amerika Serikat sebagai negara bagian ke-51.
Simak juga Video 'Industri Otomotif Jepang Rugi Jutaan Dolar AS Per Jam Gegara Tarif Trump':
(acd/acd)