Harga minyak mentah ditutup melemah untuk hari kelima berturut-turut pada Rabu (22/1/2025).
Harga Minyak Dunia Turun Lima Hari Beruntun, Pasar Amati Langkah Trump. (Foto: Freepik)
IDXChannel - Harga minyak mentah ditutup melemah untuk hari kelima berturut-turut pada Rabu (22/1/2025).
Penurunan harga ini di tengah kekhawatiran bahwa pertumbuhan global akan melambat jika Donald Trump memicu perang dagang dengan mewujudkan ancamannya untuk memberlakukan tarif pada impor dari sekutu maupun lawan AS.
Data pasar menunjukkan, kontrak berjangka (futures) minyak Brent melorot 0,48 persen ke posisi USD78,97 per barel, sedangkan minyak WTI turun 0,67 persen menjadi USD75,40 per barel.
Mengutip MT Newswires, Harga minyak melemah karena Trump, dalam masa jabatan keduanya, menjanjikan kebijakan yang dapat mengganggu aliran perdagangan global.
Pada 1 Februari, ia berencana memberlakukan tarif 25 persen untuk impor dari Kanada dan Meksiko, serta tarif 10 persen pada barang-barang dari China. Kanada memasok hampir dua pertiga impor minyak AS, dan banyak kilang bergantung pada minyak berat dari pasir minyak Kanada.
"Presiden Trump memperluas ancaman tarifnya dari Kanada dan Meksiko ke Eropa dan China, yang berpotensi memicu perang dagang global yang dapat merugikan pertumbuhan ekonomi,” kata Saxo Bank.
“Hal ini awalnya juga akan meningkatkan biaya bensin dan energi di AS, sementara Kanada adalah pemasok terbesar minyak mentah yang dibutuhkan kilang AS.”
Cuaca dingin di AS telah memotong pasokan minyak. Reuters melaporkan, produksi dari North Dakota turun hingga 160.000 barel per hari akibat peralatan yang membeku, sementara ekspor dari pelabuhan di Texas melambat karena cuaca dingin yang ekstrem.
"Sanksi potensial di bawah pemerintahan Trump yang baru masih belum jelas, dengan tarif terhadap Kanada dan Meksiko tampaknya menjadi fokus utama ketidakpastian trader," ujar analis firma penasihat energi, Ritterbusch and Associates.
Trump juga mengancam tarif baru terhadap impor dari Eropa, tanpa memberikan detail lebih lanjut, serta mengancam tarif tambahan terhadap Rusia jika negara tersebut tidak membuat kesepakatan untuk mengakhiri perang di Ukraina.
"Perhatian pasar minyak perlahan beralih dari sanksi AS terhadap Rusia ke arah kebijakan perdagangan Trump," kata analis ING, seraya menambahkan, tekanan terhadap pasar energi meningkat seiring ancaman tarif yang terus tumbuh.
Selain itu, Trump mengatakan pemerintahannya kemungkinan besar akan berhenti membeli minyak dari Venezuela, anggota OPEC yang berada di bawah sanksi AS.
Sementara itu, Iran, anggota OPEC lainnya yang juga terkena sanksi AS, menyampaikan pesan damai kepada para pemimpin Barat di Davos pada Rabu. Seorang pejabat tinggi Iran membantah negaranya ingin memiliki senjata nuklir dan menawarkan pembicaraan mengenai peluang kerja sama.
Dalam berita OPEC lainnya, ekspor minyak mentah Saudi Arabia pada November melonjak ke level tertinggi dalam delapan bulan terakhir.
Analis memperkirakan stok minyak mentah AS turun sekitar 1,6 juta barel pekan lalu, menjelang data dari kelompok perdagangan American Petroleum Institute (API) yang dirilis pada Rabu malam dan data dari Badan Informasi Energi (EIA) AS pada Kamis. (Aldo Fernando)