Harga minyak dunia menguat pada Rabu (13/11/2024), berada dalam kisaran perdagangan sempit di tengah lemahnya permintaan dari China.
Harga Minyak Dunia Lanjut Rebound di Tengah Kekhawatiran Permintaan. (Foto: Freepik)
IDXChannel - Harga minyak dunia menguat pada Rabu (13/11/2024), berada dalam kisaran perdagangan sempit di tengah lemahnya permintaan dari China dan ancaman meningkatnya pasokan.
Mengutip data pasar, kontrak berjangka (futures) minyak jenis Brent menguat 0,54 persen ke posisi USD72,28 per barel, sedangkan minyak WTI terapresiasi 0,46 persen ke level USD68,43 per barel.
OPEC pada Selasa menurunkan perkiraan pertumbuhan permintaan untuk bulan keempat berturut-turut akibat prospek ekonomi China yang lemah, yang tertekan oleh krisis utang di sektor real estat, meningkatnya pengangguran, dan rendahnya konsumsi.
“Laporan Bulanan Pasar Minyak OPEC yang dirilis kemarin sangat dinantikan, tetapi tidak banyak kejutan di dalamnya,” kata PVM Oil Associates, dikutip MT Newswires, Rabu (13/11).
Kartel tersebut, kata PVM Oil Associates, menurunkan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak untuk 2024 dari 1,93 juta barel per hari menjadi 1,82 juta barel per hari, dan untuk 2025 dari 1,64 juta barel per hari menjadi 1,54 juta barel per hari. Sebagian besar penurunan ini disebabkan oleh China.
“Laporan tersebut menunjukkan penurunan pertumbuhan permintaan dari 580 ribu barel per hari menjadi 450 ribu barel per hari, dengan target khusus pada lemahnya penggunaan Diesel,” ujarnya.
Laporan OPEC ini akan diikuti oleh pembaruan prospek permintaan dari Badan Informasi Energi (EIA) pada Rabu malam, sedangkan Badan Energi Internasional (IEA) akan mengeluarkan Laporan Pasar Minyak November pada Kamis.
Ancaman peningkatan pasokan turut menahan kenaikan harga minyak.
Ini mengingat OPEC+ berencana untuk mengembalikan pemangkasan produksi sukarela sebesar 2,2 juta barel per hari melalui peningkatan produksi bulanan sebesar 180 ribu barel per hari mulai Januari.
Grup ini telah dua kali menunda rencana tersebut akibat lemahnya pasar dan akan bertemu kembali pada 1 Desember untuk mengevaluasi apakah perlu menunda kenaikan pasokan ini sekali lagi.
Futures minyak mentah berhasil bangkit dan ditutup lebih tinggi untuk hari kedua berturut-turut.
Namun, kata analis, kenaikan harga masih kecil karena harga tetap berada di bawah tekanan di tengah lemahnya permintaan global.
Analis Mizuho Robert Yawger menjelaskan, “Pelemahan harga baru-baru ini sebenarnya terkait dengan persepsi penurunan permintaan minyak jika terjadi perang dagang antara AS dan China.”
“China, yang selama bertahun-tahun menjadi kekuatan pendorong permintaan global, kini mengalami penurunan pada 2024,” katanya, dikutip Dow Jones Newswires, Rabu (13/11).
Dia menambahkan, prospek peningkatan produksi AS di bawah Trump memperburuk prospek untuk harga minyak. (Aldo Fernando)