Harga emas tergelincir setelah AS dan China sepakat meredakan ketegangan dagang.
Harga Emas Goyah, Bagaimana Nasib Saham ANTM-MDKA Cs? (Foto: Freepik)
IDXChannel – Harga emas tergelincir setelah Amerika Serikat (AS) dan China sepakat meredakan ketegangan dagang. Sentimen risiko membaik, tetapi analis menyoroti dampaknya bagi saham-saham tambang logam mulia tersebut.
Pengamat pasar modal Michael Yeoh mengungkapkan pandangannya tentang saham-saham emas di bursa, khususnya terkait dampak penurunan harga emas dunia (XAU/USD).
"Kalau saya melihat, dampaknya bisa ada respons jangka pendek mengikuti penurunan harga XAU, menyusul saham-saham emas yang sudah mencapai target kenaikan," ujarnya, Selasa (13/5/2025).
Namun, ia juga mencatat bahwa akumulasi investor di saham-saham emas di IHSG masih cukup tinggi, terutama untuk saham ANTM, BRMS, dan MDKA.
"Untuk ANTM, [level yang perlu dicermati] di 2.500-2.300, BRMS di 370-360, dan MDKA di level 1.700-1.600," kata Michael.
Saham-saham emiten produsen emas mencatatkan kenaikan signifikan belakangan ini. Saham ANTM, misalnya, melambung 82 persen dalam sebulan terakhir, sementara MDKA tercatat melejit 74 persen dalam periode yang sama.
Harga Emas Tumbang
Harga emas spot ditutup jatuh 2,72 persen ke level USD3.235,07 per troy ons pada Senin (12/5/2025).
Logam mulia yang kerap dijadikan lindung nilai terhadap ketidakpastian ekonomi dan geopolitik ini sebelumnya sempat mencetak rekor tertinggi di USD3.500,20 bulan lalu, didorong oleh ketegangan tarif yang meningkat.
“Respons emas yang begitu agresif terhadap kekacauan politik dari Gedung Putih bulan lalu justru membuat logam mulia ini rentan terhadap pembalikan arah kebijakan oleh Trump,” ujar Direktur Riset di BullionVault, Adrian Ash.
“Kini dengan sentimen yang lebih optimistis, potensi penguatan emas mungkin baru muncul bila harapan ini kembali goyah,” katanya.
Dalam kesepakatan terbaru, AS akan memangkas tarif tambahan atas impor dari China yang diberlakukan sejak April tahun ini, dari 145 persen menjadi 30 persen. Sementara itu, tarif China terhadap produk AS juga turun dari 125 persen menjadi 10 persen. Kebijakan ini berlaku selama 90 hari.
Pasar lain turut bereaksi terhadap kabar tersebut. Dolar AS menguat ke level tertinggi dalam lebih dari satu bulan, sementara bursa saham global menguat. Penguatan dolar membuat harga emas menjadi lebih mahal bagi investor luar negeri.
“Bulls emas di kontrak Juni kehilangan keunggulan teknikal dalam jangka pendek. Target berikutnya adalah menutup perdagangan di atas level resistance kuat di USD3.350. Resistance awal berada di USD3.250, lalu USD3.275,” ujar analis senior di Kitco Metals, Jim Wyckoff.
Dengan penurunan hari ini, harga emas sudah turun dalam tiga dari empat hari terakhir dan menyentuh level terendah sejak 1 Mei.
“Ini bukan kejutan,” kata analis Mizuho Securities USA, Robert Yawger, dikutip Dow Jones Newswires. “Emas jelas menjadi salah satu pihak yang paling dirugikan dari kesepakatan dagang AS-China.”
Pelaku pasar kini menantikan data Indeks Harga Konsumen (CPI) AS yang akan dirilis Selasa, sebagai petunjuk arah kebijakan Federal Reserve (The Fed). Data penting lain yang juga akan dinantikan pekan ini mencakup Indeks Harga Produsen (PPI) dan penjualan ritel.
Suku bunga yang lebih rendah dapat meningkatkan daya tarik emas yang tidak memberikan imbal hasil. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.