Sejarah ‘Sell in May and Go Away’, Begini Asal Usulnya, Apakah Ada di Indonesia?

6 hours ago 1

‘Sell in May and go away’ berasal dari Inggris, tepatnya di distrik keuangan di London.

Sejarah ‘Sell in May and Go Away’, Begini Asal Usulnya, Apakah Ada di Indonesia? (Foto: Freepik)

Sejarah ‘Sell in May and Go Away’, Begini Asal Usulnya, Apakah Ada di Indonesia? (Foto: Freepik)

IDXChannel—Bagaimana sejarah ‘sell in May and go away’? Sell in May and go away adalah istilah yang dikenal luas dalam investasi saham, ini terjadi ketika investor menghindari investasi saham pada periode Mei. 

Melansir Investopedia (13/5), slogan ini muncul berlandaskan keyakinan pelaku pasar bahwa saham-saham akan mencatatkan kinerja yang kurang optimal, kurang menguntungkan, dan underperformed

Periode ‘underperformed’ ini diprediksi terjadi selama periode 1 Mei hingga 31 Oktober. Pada negara-negara empat musim, pola ini terbentuk dengan menghindari pembelian saham pada musim panas. 

Lalu dari mana istilah ini muncul? Melansir Corporate Finance Institute, slogan ‘sell in May and go away’ berasal dari Inggris, tepatnya di distrik keuangan di London. Istilah lengkapnya sebenarnya ‘sell in May and go awat, come back on St Leger’s day.’ 

St Leger’s Day adalah event balap kuda yang telah berlangsung sejak 1776, dan merupakan salah satu event balap kuda paling populer di Inggris, di mana salah satu jadwal acaranya berlangsung pada bulan September setiap tahun. 

Pada konteks aslinya, ‘sell in May and go away’ mulanya digunakan untuk menganjurkan para aristokrat, investor, dan bankir untuk menjual saham-sahamnya pada Mei, lalu bersantai dan menikmati musim panas, lalu kembali ke bursa saham setelah St Ledger’s selesai.  

Pola periodik musiman ini kemudian sering disebut-sebut dalam pemberitaan pasar saham hingga saat ini dan akhirnya menjadi pola historik yang diamati banyak pelaku pasar saham dari tahun ke tahun. 

Pola musiman terkait performa saham ini rupanya lebih lazim dan dan mudah ditemui di negara-negara berkembang (Eropa, AS, dll). Selain sell in May, ada beberapa pola musiman lain yang berlaku di kalangan investor. 

Misalnya, momentum masuk sekolah setelah libur panjang, santa claus rally, hallowen effect, dan sebagainya. Momentum ini populer sebagai upaya investor untuk ‘timing the market’ demi mencari posisi jual-beli terbaik. 

Pola periodik ‘sell in May and go away’ belum tentu akurat dan terjadi di bursa-bursa saham di tiap negara, termasuk Indonesia. 

Itulah penjelasan singkat tentang sejarah sell in May and go away


(Nadya Kurnia)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |