Ada banyak faktor yang mendorong seseorang untuk terus menerus berutang. Selain faktor eksternal, tentu terdapat faktor internal yang juga berpengaruh.
5 Karakter Orang yang Suka Berutang, Waspadai Cirinya Agar Bijak Bersikap. (Foto: Freepik)
IDXChannel—Bagaimana karakter orang yang suka berutang? Ada banyak faktor yang mendorong seseorang untuk terus menerus berutang. Selain faktor eksternal, tentu terdapat faktor internal yang juga berpengaruh.
Bila dilihat dari sisi eksternal, orang yang sering berutang umumnya mengajukan utang karena desakan kebutuhan harian yang tidak bisa ditunda, secara bersamaan dia tidak memiliki sumber penghasilan yang layak.
Namun ada beberapa orang yang sering berutang karena perilaku-perilaku tertentu. Perilaku ini memicu intensi (niatan) yang kemudian mendorongnya untuk mengajukan utang yang boleh jadi tidak begitu dibutuhkannya.
Jurnal Psikologi Vol 40 No. 1/2013 yang ditulis oleh Theda Renanita dari Universitas Ciputra Surabaya dan Rahmat Hidayat dari Universitas Gadjah Mada mengulas faktor-faktor psikologis pada perilaku berutang di kalangan karyawan tetap.
Menurut para penulis, perilaku konsumen yang berorientasi pada orang lain dapat mendorong seseorang untuk berutang. Tekanan sosial dan perasaan memiliki juga berperan penting dalam prediksi perilaku konsumsi.
Selain itu norma tentang penerimaan di lingkungan sosial, budaya, dan keluarga juga turut memengaruhi perilaku berutang. Individu cenderung berupaya memenuhi harapan orang di sekitarnya dan bersikap konformitas dengan ekspektasi orang lain.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kebiasaan berutang muncul dari intensi yang juga dibentuk oleh lingkungan sekitar, baik secara budaya, pergaulan, keluarga, dan lingkup sosial yang lebih luas.
Jadi bagaimana karakter orang yang suka berutang? Ada beberapa ciri-ciri yang patut Anda waspadai:
1. FOMO
Kebiasaan mengikuti tren-tren yang tidak esensial, bahkan cenderung memaksakan diri untuk mengikuti tren yang sedang berlaku. Padahal kondisi keuangannya tidak mencukupi, sehingga jalan keluar yang diambilnya adalah dengan berutang.
Ini selaras dengan teori yang disampaikan dalam jurnal psikologi di atas, yakni bahwa lingkungan sekitar dapat membentuk intensi seseorang untuk berutang.
2. Gaya Hidup Berlebihan
Gaya hidup berlebihan dan melampaui pemasukan bulanan dapat dijadikan indikator kebiasaan berutang. Seseorang bisa saja mendapatkan beberapa sumber penghasilan, tetapi tetap saja pengeluaran tersiernya mestinya masih selaras atau masuk perhitungan dengan penerimaan bulanannya.
3. Perencanaan Buruk
Orang-orang yang gemar berutang selain alasan kebutuhan darurat dan mendesak, sangat mungkin berutang karena memiliki pengelolaan keuangan yang buruk. Sehingga pemasukannya tidak pernah cukup untuk memenuhi keinginannya.
4. Tidak Mengerti Skala Prioritas
Skala prioritas berlaku tak hanya pada pekerjaan sehari-hari, tetapi juga pada pengeluaran dan pengelolaan budget biaya hidup. Anda yang terbiasa membuat budget, akan paham alokasi kebutuhan mana yang harus diprioritaskan.
Namun ada beberapa orang yang tidak mengerti skala prioritas, dan tidak mampu menerapkannya saat mengelola keuangan. Akibatnya, dia banyak mengeluarkan uang untuk pengeluaran tidak penting, dan mungkin saja dia pun berutang karena skala prioritas keuangannya berantakan.
5. Pandai Beralasan
Orang yang gemar berutang tanpa kebutuhan yang penting, biasanya pandai mencari alasan untuk meyakinkan orang lain agar mau meminjaminya uang. Selain pandai cari alasan untuk pinjam, mereka biasanya pandai beralasan juga saat ditagih.
Sudah menjadi rahasia umum, orang-orang yang kebiasaan berutang terkadang tidak membayar utangnya tepat waktu, dan malah bersikap defensif saat ditagih si pemberi pinjaman. Akibatnya, hubungan pertemanan atau kekeluargaan bisa kandas.
Jika Anda bertemu dengan orang yang gemar berutang, sepatutnya untuk waspada tetapi dengan tetap bijak bersikap. Jangan pernah meminjamkan dana di luar batas keikhlasan, sebab meminjami uang berarti harus siap kehilangan uang.
Itulah beberapa karakter orang yang suka berutang yang patut diwaspadai.
(Nadya Kurnia)