Dalam kunjungan ke Malaysia, Xi Jinping mempertegas posisi China sebagai mitra dagang yang lebih dapat diandalkan daripada AS di tengah kemelut tarif Trump.
Tiba di Malaysia, Xi Jinping Sebut China Mitra yang Lebih Baik dari AS. (Foto: Malay Mail)
IDXChannel - Presiden China Xi Jinping telah tiba di Kuala Lumpur, Malaysia pada Selasa (15/4/2025) malam. Kunjungan tersebut merupakan bagian dari lawatannya ke Asia Tenggara (ASEAN) untuk mempertegas posisi Beijing sebagai mitra dagang yang lebih dapat diandalkan daripada Amerika Serikat (AS).
Saat mendarat di Malaysia, Xi mengatakan bahwa kunjungannya untuk memperdalam kerja sama strategis tingkat tinggi, baik untuk kepentingan bersama China dan Malaysia.
“Dan baik untuk perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran di kawasan dan dunia,” ujarnya seperti dilansir dari kantor berita resmi Malaysia Bernama.
Sebelumnya, Xi mengunjungi Vietnam dan menandatangani lusinan perjanjian kerja sama perdagangan di berbagai sektor, mulai dari kecerdasan buatan (AI) hingga pengembangan rel kereta api.
Selain ke Malaysia dan Vietnam, Xi rencananya berkunjung ke Kamboja. Kunjungan tiga negara Xi dan membawa pesan bahwa Beijing merupakan sahabat Asia Tenggara yang lebih baik daripada pemerintahan Presiden AS Donald Trump yang kejam dengan kebijakan tarif impornya.
"Ini adalah kunjungan yang sangat penting. Anda dapat membaca banyak hal di dalamnya," kata mantan duta besar Malaysia untuk AS dan menteri urusan hukum, Mohamed Nazri Abdul Aziz.
"China memberi tahu kami bahwa mereka adalah mitra dagang yang dapat diandalkan, lebih dari AS. Kami tidak pernah memiliki masalah dalam berurusan dengan mereka," kata Abdul Aziz kepada Al Jazeera, Rabu (16/4/2025).
Lebih lanjut, Abdul Aziz mengatakan di bawah pemerintahan Perdana Menteri Anwar Ibrahim, Malaysia menjadi jauh lebih dekat dengan China. Menurutnya, hal itu baik untuk jangka panjang karena hubungan dagang dan hubungan diplomatik kedua negara semakin kuat dan saling menguntungkan. Pengaruh AS pun semakin lama bakal semakin berkurang.
"Kami sangat fokus pada China. Itulah mentalitas kami,” katanya.
Adapun Trump menghantam Malaysia dengan tarif perdagangan sebesar 24 persen. Sebab, Trump menyebut Malaysia mengenakan tarif sebesar 47 persen pada impor AS. Kebijakan tarif AS itu pun ditolak oleh pejabat Malaysia.
Sementara itu, Trump baru-baru ini memberlakukan moratorium selama 90 hari pada tarif tertinggi AS yang dikenakan pada negara-negara di seluruh dunia. Sebaliknya, mereka menghadapi tarif sebesar 10 persen pada barang-barang yang diekspor ke AS. Hal itu berlaku untuk semua negara kecuali China, yang telah dikenai pungutan sebesar 145 persen untuk barang-barangnya yang masuk ke AS.