SoftBank hingga Temasek Rugi Besar dari eFishery

4 hours ago 3

SoftBank hingga Temasek menanggung kerugian besar dari investasinya di eFishery,

 MNC Media)

SoftBank hingga Temasek menanggung kerugian besar dari investasinya di eFishery. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - SoftBank hingga Temasek menanggung kerugian besar dari investasinya di eFishery, perusahaan rintisan (startup) akuakultur asal Indonesia. Investor yang berada di belakang e-Fishery diprediksi merugi hingga 90 persen.

Dilansir Bloomberg, Senin (24/2/2025), berdasarkan hasil penyelidikan yang dilakukan oleh konsultan independen menunjukkan bahwa kondisi e-Fishery lebih buruk dari perkiraan awal. Perusahaan penyedia pakan ikan dan udang itu mengalami rugi hingga ratusan juta dolar AS pada 2018-2024 yang awalnya dimanipulasi sebagai keuntungan.

"eFishery tidak layak secara bisnis dalam kondisinya yang sekarang," tulis dokumen yang disiapkan FTI Consulting Singapore Ltd yang akan disajikan kepada investor institusi. Konsultan tersebut direkrut untuk melakukan kajian atas bisnis eFishery sekaligus mengambil alih manajemen perusahaan.

eFishery sempat menjadi primadona di kalangan dunia startup Indonesia. Dibekingi oleh investor kakap seperti SoftBank Group Corp dan Temasek Holdings Pte, valuasi eFishery mencapai USD1,4 miliar atau setara lebih dari Rp20 triliun pada 2023 setelah disuntik ratusan juta dolar AS, termasuk oleh 42XFund dari Abu Dhabi.

Secara keseluruhan, startup yang dinakhodai oleh Gibran Huzaifah itu menerima suntikan dana USD315 juta dalam lima seri pendanaan. Namun pada akhir 2024, perusahaan ini tersandung skandal fraud akibat memanipulasi laporan penjualan dan laba rugi, yang membuat pendirinya, Gibran bersama Chrisna Aditya didepak dari manajemen.

Dalam presentasi FTI, kondisi kas eFishery hingga pertengahan Februari 2025 tinggal USD50 juta atau Rp800 miliar. Konsultan tersebut juga merekomendasikan agar mayoritas bisnis eFishery ditutup.

"Saldo kas terus berkurang tanpa adanya rencana restrukturisasi," tulis laporan tersebut.

Ini menjadi kabar buruk bagi investor eFishery yang berharap investasinya setidaknya bisa balik modal dengan cara likuidiasi. Investor diperkirakan hanya akan memperoleh 9,5 persen dari nilai investasinya dengan skenario optimis dan 8,3 persen dengan skenario pesimis. Artinya, G42 Abu Dhabi yang berinvestasi USD100 juta pada 2023 hanya akan mendapatkan USD8,3 juta saja dalam kurun waktu kurang dari dua tahun.

Juru Bicara FTI Consulting menolak berkomentar atas laporan tersebut. Begitu juga dengan Juru Bicara Temasek. Sementara SoftBank dan G42 tidak segera merespons.

Terjerat Utang

Sebelum bangkrut, eFishery beroperasi dengan memanfaatkan AI untuk memberikan pakan ikan hingga sensor dan rantai pasok otomatis yang menghubungkan petambak dengan pembeli lewat aplikasi smartphone. Startup ini mengklaim memiliki sosial dengan membantu para petambak memperoleh pendanaan lewat skema peer-to-peer (P2P) dan institusi keuangan untuk membiayai operasional, termasuk pakan.

eFishery mengklaim memiliki lebih dari 400 ribu mitra. Konsultan awalnya memperkirakan mitra eFishery sekitar 24 ribu namun setelah diselidiki hanya 6.300 dan hanya 600 yang mengirimkan kembali datanya.

Di samping itu, konsultan juga menemukan angka kredit macet yang cukup tinggi dan eFishery selama ini menanggung kerugian saat petambak gagal membayar utang mereka. 

"Secara teori, saat proses panen atau penjualan hasil panen, petani mengembalikan pinjaman itu kepada pendana (kreditur). Dalam praktiknya, eFishery menghadapi tantangan serius saat menagih pinjaman dari para debitur," demikian laporan tersebut.

Di negara di mana hampir 10 persen populasi hidup di bawah garis kemiskinan, proses penagihan utang menjadi sangat sulit. Sekitar 76 persen dari total piutang eFishery yang mencapai USD68 juta dikategorikan sebagai kredit macet karena lebih dari 60 hari tidak tertagih sementara perusahaan memiliki utang bank yang cukup besar.

Selain itu, bisnis ikan dan udang eFishery beroperasi dengan margin yang tipis dan rugi besar. Aplikasi eFishery pada kenyataannya tidak terhubung dengan sistem akuntansi sehingga banyak mitra yang melaporkan secara manual. Banyak teknologi yang digembar-gemborkan eFishery tak sesuai kenyataan.

Intinya, eFishery beroperasi layaknya perusahaan trading tradisional tanpa teknologi. Hal ini tercermin dari jumlah tenaga kerya yang banyak hampir 2.600 orang pada awal 2024. Perusahaan telah melakukan PHK besar-besaran pada awal tahun ini hingga tersisa 200 orang saja.

(Rahmat Fiansyah)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |