.png)
4 hours ago
3
Singapura dan negara-negara ASEAN harus meneguhkan komitmen untuk memajukan strategi semikonduktor mereka di tengah ketidakpastian global.
Ilustrasi ilmuwan terlibat dalam penelitian dan pengembangan semikonduktor. (Foto: Arsip)
IDXChannel — Singapura dan negara-negara ASEAN harus meneguhkan komitmen untuk memajukan strategi semikonduktor mereka, meskipun ketegangan perdagangan global dewasa ini melahirkan banyak tantangan. Pandangan itu disampaikan Presiden dan CEO asosiasi industri global SEMI, Ajit Manocha, dalam wawancara dengan The Straits Times, baru-baru ini.
Industri semikonduktor menjadi tulang punggung teknologi elektronik. Saat ini, kata Manocha, sektor tersebut terus menghadapi lingkungan operasional yang penuh ketidakpastian akibat persaingan teknologi antara Amerika Serikat (AS) dan China. Kondisi itu makin dibuat rumit dengan ancaman tarif impor semikonduktor yang diembuskan Presiden AS Donald Trump.
Akan tetapi, meningkatnya permintaan global akan teknologi juga mendorong para produsen chip untuk tetap berinovasi dan mencari peluang baru, terlepas dari hambatan perdagangan.
“Ini adalah masa penuh tantangan dan ketidakpastian yang belum pernah terjadi sebelumnya, tetapi juga masa peluang yang luar biasa,” ujar Manocha.
Dia mendorong Pemerintah Singapura untuk memperjelas rencana strategis mereka dalam memajukan industri semikonduktor, sekaligus mengajak negara-negara ASEAN lainnya untuk mengikuti langkah serupa.
Menurut Manocha, sebanyak 105 pabrik fabrikasi chip baru telah diumumkan di seluruh dunia, dengan 84 di antaranya sedang dalam tahap pembangunan. Enam di antaranya berada di Asia Tenggara, dan tiga di antaranya terdapat di Singapura saja.
Dengan proyeksi penjualan chip global mencapai SGD1 triliun (sekitar Rp12.685 triliun) pada awal 2030-an, industri ini diperkirakan membutuhkan tambahan 30 pabrik baru pada 2030 untuk memenuhi permintaan.
