Sektor Tambang Logam Masih Dijagokan, Pilih TINS atau NCKL?

3 weeks ago 5

Sektor tambang logam masih menjadi favorit analis seiring potensi rebound harga timah dan menguatnya nickel pig iron (NPI).

Sektor Tambang Logam Masih Dijagokan, Pilih TINS atau NCKL? (Foto: INCO)

Sektor Tambang Logam Masih Dijagokan, Pilih TINS atau NCKL? (Foto: INCO)

IDXChannel – Sektor tambang logam masih menjadi favorit analis seiring potensi rebound harga timah dan menguatnya nickel pig iron (NPI).

Kinerja PT Timah Tbk (TINS) dan PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) pun mencuri perhatian investor.

TINS diperkirakan akan mencatatkan hasil positif di kuartal III-2024, sementara NCKL menikmati lonjakan harga NPI. Namun, mana yang lebih unggul untuk dipilih?

Menurut riset BRI Danareksa Sekuritas, yang terbit pada Jumat (25/10/2024), harga timah yang sempat mengalami penurunan menunjukkan peluang untuk rebound, seiring penurunan inventori timah olahan di China sebesar 6 persen secara bulanan.

Hal ini dipicu oleh kesulitan China dalam mengamankan bijih timah dari Myanmar. Akibatnya, impor bijih timah turun 6 persen secara bulanan, dan produksi timah olahan anjlok 31 persen secara bulanan.

Sementara itu, ekspor timah Indonesia membaik, dengan total ekspor nasional pada kuartal ketiga 2024 mencapai 14,9 ribu ton, meningkat 40 persen secara kuartalan, didominasi oleh kontribusi penjualan dari smelter swasta.

Namun, Kementerian ESDM baru-baru ini mengumumkan pencabutan 15 izin tambang yang terkait dengan kasus korupsi di PT Timah (TINS), yang berpotensi memperketat pasokan jika izin tersebut memiliki kuota ekspor.

Kendati demikian, BRI Danareksa memperkirakan kinerja TINS pada kuartal III-2024 akan unggul, mengingat harga timah di London Metal Exchange (LME) stabil di atas USD30 ribu per ton dan cash cost (biaya tunai) terus membaik pasca reaktivasi Ausmelt.

Harga NPI Tertinggi

Permintaan baja tahan karat melonjak pasca libur Golden Week di China, memicu aktivitas restocking dari pabrik-pabrik baja tahan karat yang mendorong harga NPI mencapai level tertinggi sepanjang tahun 2024 di USD12.800 per ton.

Sementara itu, ekspor baja tahan karat China tercatat sebesar 524 ribu ton pada September, turun 6 persen secara bulanan, tetapi masih dianggap tinggi karena pasar memperkirakan adanya tindakan anti-dumping untuk baja tahan karat China.

Di sisi lain, Kementerian ESDM menyetujui kuota bijih WBN terbaru sebesar 32 juta wmt, yang lebih rendah dari volume penjualan 2023 sebesar 36 juta wmt, tetapi cukup untuk meredakan situasi premi bijih mulai awal 2025.

Rekomendasi Overweight

BRI Danareksa melihat peluang bagi produsen NPI untuk memanfaatkan harga NPI yang lebih kuat sepanjang Oktober guna menghasilkan margin tunai (cash margin) yang kuat, mencapai sekitar USD4 ribu per ton untuk NCKL dan sekitar USD 2 ribu per ton untuk MBMA dan ANTM.

Selain itu, ANTM diharapkan dapat memanfaatkan penjualan premi bijih yang ada kepada pihak ketiga, mengingat adanya jeda waktu antara persetujuan kuota RKAB WBN dan realisasi penjualan.

Meski demikian, ANTM akan tetap diuntungkan karena memiliki 10 persen saham di WBN.

“Oleh karena itu, kami mempertahankan rekomendasi overweight pada sektor ini, dengan urutan pilihan sebagai berikut: TINS > NCKL > ANTM > MDKA > MBMA > INCO,” kata analis BRI Danareksa Sekuritas. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |