Saham emiten tambang emas kembali naik pada perdagangan Kamis (21/11/2024), mempertahankan momentum positif seiring logam mulia acuannya menguat.
Saham Emiten Emas Kompak Menguat Lagi, PSAB Pimpin Kenaikan. (Foto: Freepik)
IDXChannel – Saham emiten tambang emas kembali naik pada perdagangan Kamis (21/11/2024), mempertahankan momentum positif seiring logam mulia acuannya menguat.
Data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 09.54 WIB, saham PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) mendaki 4,43 persen, membukukan kenaikan mingguan 9,80 persen.
Saham PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) juga terkerek, yakni 1,38 persen, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) tumbuh 1,70 persen, dan PT United Tractors Tbk (UNTR) terapresiasi 1,23 persen.
Demikian pula, saham PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) menghijau 1,05 persen dan PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) bertambah 0,26 persen.
Harga emas dunia menguat pada Rabu (20/11/2024), mencatatkan kenaikan tiga hari berturut-turut. Kenaikan ini dipicu oleh meningkatnya ketegangan geopolitik yang mendorong aksi beli aset aman (safe haven).
Langkah pemerintahan Biden yang mengizinkan Ukraina menembakkan rudal buatan AS ke Rusia disusul dengan respons Moskow yang menurunkan ambang kebijakan penggunaan senjata nuklir.
Menurut data pasar, emas spot (XAU/USD) naik 0,68 persen ke level USD2.649,90 per troy ons pada Rabu. Dengan ini, harga emas terapresiasi sejak Senin (18/11) lalu.
Ukraina sebelumnya juga menembakkan rudal buatan Inggris ke wilayah Rusia, menyusul serangan menggunakan rudal jarak jauh buatan AS sehari sebelumnya.
Ketegangan ini terjadi hanya sehari setelah Rusia mengubah doktrin militernya untuk mempermudah penggunaan senjata nuklir.
Investor juga terus menilai kemungkinan penurunan suku bunga oleh Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed) pada pertemuan mendatang.
Mayoritas pasar memperkirakan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan Desember, yang dapat mengurangi biaya peluang untuk memegang emas yang tidak menghasilkan bunga.
Meski demikian, ekspektasi penurunan suku bunga tahun depan diperkirakan lebih kecil dibandingkan proyeksi pada Oktober, karena kekhawatiran inflasi yang masih tinggi membuat Federal Open Market Committee (FOMC) cenderung kurang dovish.
Sementara itu, indeks dolar ICE tercatat naik 0,55 poin menjadi 106,75, meski kenaikan ini biasanya menjadi tekanan bagi komoditas yang dihargai dalam dolar AS.
Imbal hasil obligasi juga meningkat, dengan surat utang AS tenor dua tahun terkerek 1,9 basis poin menjadi 4,31 persen, sementara imbal hasil surat utang 10 tahun mendaki 1,1 basis poin menjadi 4,413 persen.
Prospek Emas
Menurut UBS Investment Bank strategist Joni Teves, harga emas diperkirakan mengalami konsolidasi dalam jangka pendek, meski dengan bias naik hingga akhir tahun.
Hal ini seiring pasar terus mempertimbangkan prospek makroekonomi untuk 2025 dan kebijakan AS ke depan.
Volume perdagangan yang lebih tipis menjelang akhir tahun serta aksi ambil untung berpotensi memicu fluktuasi harga.
"Peningkatan harga yang lebih bertahap akan lebih sehat untuk pasar dalam jangka panjang," ujar UBS, dikutip Dow Jones Newswires, Rabu (20/11).
Target akhir 2024 bank tersebut berada di angka USD2.700 per troy ons.
Lebih lanjut, Joni Teves memperkirakan emas bisa mencapai harga tertinggi baru pada 2025, meskipun pertumbuhan tahunan kemungkinan lebih lambat dibandingkan 2024.
Menurutnya, alokasi strategis terhadap emas akan meningkat dan mendukung kenaikan harga.
Pasar juga akan didukung oleh pembelian sektor resmi yang terus berada pada tingkat historis tinggi serta permintaan fisik yang tetap kuat.
Namun, UBS merevisi target harga emas untuk akhir 2025 menjadi USD2.900 per troy ons dari sebelumnya USD3.000 per troy ons.
Revisi ini mempertimbangkan tekanan dari dolar yang lebih kuat dan kekhawatiran terkait potensi kenaikan suku bunga akibat stimulus fiskal AS yang lebih besar. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.