Saham BRMS-HRTA Melesat 7 Persen saat Harga Emas Dekati Rekor Lagi

2 months ago 33

Sejumlah saham produsen emas menguat pada Jumat (14/2/2025), didorong oleh kenaikan harga emas yang mendekati rekor tertinggi (ATH).

 Freepik)

Saham BRMS-HRTA Melesat 7 Persen saat Harga Emas Dekati Rekor Lagi. (Foto: Freepik)

IDXChannel – Sejumlah saham produsen emas menguat pada Jumat (14/2/2025), didorong oleh kenaikan harga emas yang mendekati rekor tertinggi (ATH), meningkatkan sentimen positif di pasar.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 15.01 WIB, saham PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) melesat 7,79 persen menjadi Rp498 per saham.

Kemudian, saham PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) mendaki 7,19 persen, rebound dari koreksi beberapa hari berlakangan.

Selain soal sentimen positif harga emas, BRMS pulih dari penurunan tajam dua hari terakhir terkait dugaan pencemaran lingkungan di tambang emas anak usahanya.

Sebelumnya, DPR meminta Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) dan Kementerian ESDM segera menyelidiki dugaan pencemaran lingkungan akibat aktivitas tambang emas PT Citra Palu Minerals (CPM), anak usaha BRMS.

Diwartakan sebuah portal media daring, Rabu (12/2/2025), anggota Komisi VII DPR, Mukhtaruddin, menegaskan bahwa pihak terkait harus meninjau dan menertibkan jika terbukti ada pelanggaran.

BRMS pun menanggapi dugaan pencemaran lingkungan tersebut.

Direktur & Sekretaris BRMS, Muhammad Sulthon, mengakui adanya protes dari Front Pemuda Kaili terkait potensi risiko tambang bawah tanah di area rawan gempa.

Sulthon menegaskan, dalam surat kepada BEI, Rabu (12/2/2025), aktivitas CPM telah memiliki izin lengkap, termasuk Kontrak Karya hingga 2050 dan Analisis Dampak Lingkungan (Amdal) yang disetujui KLHK pada Desember 2023.

Saat ini, CPM masih menggunakan metode tambang terbuka, namun tengah menyiapkan tambang bawah tanah. CPM memiliki cadangan 42,7 juta ton bijih dengan kadar emas rata-rata 2,6 gram per ton.

Terbaru, dalam siaran pers pada Rabu (12/2), BRMS menegaskan bahwa aktivitas tambang emas di Poboya, Palu, yang dikelola anak usahanya, CPM, telah mengantongi izin resmi, termasuk Kontrak Karya, AMDAL, dan izin operasi.

Saat ini, CPM menjalankan tambang terbuka di Blok 1 dan tengah mempersiapkan tambang bawah tanah. Perusahaan memastikan semua kegiatan dilakukan sesuai prinsip good mining practice dengan teknologi terkini untuk meminimalkan dampak lingkungan. BRMS optimistis produksi tambang akan meningkat pada 2025.

Tidak hanya HRTA dan BRMS, saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) melejit 4,08 persen, PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) terkerek 2,22 persen, PT United Tractors Tbk (UNTR) tumbuh 2,04 persen.

Selanjutnya, saham PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) menghijau 1,11 persen dan PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) naik 0,75 persen.

Emas Bertenaga

Harga emas menguat pada Jumat (14/2) dan bersiap mencatat kenaikan mingguan ketujuh berturut-turut.

Sentimen ini didorong oleh rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk menerapkan tarif balasan terhadap negara-negara yang mengenakan pajak atas impor AS, yang memicu kekhawatiran perang dagang global.

Harga emas spot naik 0,27 persen menjadi USD2.935,87 per troy ons pada pukul 15.15 WIB, mendekati rekor tertingginya di USD2.942,70 yang tercapai pada Selasa.

Trump menginstruksikan tim ekonominya untuk menyusun kebijakan tarif balasan terhadap negara-negara seperti China, Jepang, Korea Selatan, dan Uni Eropa.

Menurut Direktur Kedia Commodities di Mumbai, Ajay Kedia, langkah ini menjadi pemicu utama kenaikan harga emas pekan ini karena meningkatkan kekhawatiran perang tarif yang dapat berdampak pada ekonomi global.

Namun, Kedia juga mencatat bahwa pasar emas saat ini berada dalam kondisi jenuh beli (overbought), yang berpotensi memicu aksi ambil untung jika harga mendekati level USD3.000.

Di sisi lain, data indeks harga produsen (PPI) AS pada Kamis menunjukkan kenaikan yang kuat pada Januari, menyusul laporan inflasi sebelumnya yang mengungkapkan kenaikan harga konsumen tercepat dalam satu setengah tahun terakhir.

Data ini memperkuat pandangan bahwa Federal Reserve (The Fed) AS kemungkinan tidak akan memangkas suku bunga sebelum paruh kedua 2025.

Meski emas dikenal sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian ekonomi, kenaikan suku bunga dapat mengurangi daya tariknya karena tidak memberikan imbal hasil.

Namun, menurut Kepala Makro Global di Tastylive, Ilya Spivak, skenario yang berpotensi menekan harga emas, seperti kesepakatan perdagangan AS-China atau meredanya konflik di Rusia-Ukraina dan Israel-Hamas, tampaknya masih kecil kemungkinannya dalam waktu dekat. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |