.png)
1 week ago
2
Produksi opium di Afghanistan dilaporkan meningkat hampir 20 persen pada tahun kedua sejak Taliban melarang kegiatan budi daya tanaman itu.
Para petani Afghanistan sedang memanen getah dari tanaman opium sebelum dilarang Taliban beberapa tahun lalu. (Foto: Instagram/BNN Kalbar/Arsip)
IDXChannel – Produksi opium di Afghanistan dilaporkan meningkat hampir 20 persen pada tahun kedua sejak Taliban melarang kegiatan budi daya tanaman itu. Kendati demikian, angkanya masih jauh dari tingkat produksi sebelum pelarangan.
Hal itu terungkap lewat laporan PBB pada Rabu (6/11/2024). Seperti diketahui, Afghanistan telah lama menjadi pemasok utama bahan baku heroin itu di pentas global.
Pemimpin spiritual tertinggi Taliban melarang budidaya narkotika pada April 2022. Fatwa itu menyebabkan pertanian opium di Afghanistan anjlok sekitar 95 persen pada 2023, menurut survei tahunan oleh Kantor PBB untuk Urusan Narkoba dan Kejahatan (UNODC).
Tahun ini, penanaman opium kembali meningkat sekitar 19 persen menjadi 12.800 hektare. Pusat produksi pun telah bergeser, dari yang tadinya berada di barat daya Afghanistan, kini pindah ke timur laut negeri itu.
“Meskipun ada peningkatan pada 2024, penanaman bunga opium masih jauh di bawah 2022, ketika diperkirakan ada 232.000 hektare (lahan) yang ditanami,” kata UNODC dalam laporannya.
Menurut laporan itu, harga opium kering stabil sekitar USD730 per kg pada paruh pertama tahun ini, jauh di atas rata-rata sebelum larangan Taliban yang hanya USD100 per kg. Sementara laporan tahun lalu mengatakan, pada Agustus 2023, harga di tingkat petani mencapai rekor tertinggi dalam 20 tahun sebesar USD408 per kg.
Di wilayah barat daya Afghanistan, yang berbatasan dengan Pakistan, penanaman anjlok 65 persen tahun ini. Padahal sebelumnya daerah tersebut menyumbang hampir setengah dari produksi opium di negara itu pada 2023.
