Jakarta -
Perum Perhutani mencatat ada 48.477 hektar (Ha) kawasan hutan yang masuk dalam proyek Hutan Tanaman Energi. Dalam proyek tersebut, Perhutani berencana membangun tiga pabrik biomassa.
Adapun pengembangan bisnis biomassa ini menjadi salah satu proyek energi baru terbarukan (EBT) yang telah dijalankan Perhutani sejak 2021.
Direktur Utama (Dirut) Perum Perhutani Wahyu Kuncoro mengatakan tiga pabrik tersebut meliputi dua pabrik Co-Firing Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan satu lainnya untuk komersial.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Posisi tahun lalu, kami telah memiliki 48 ribu hektare hutan tanaman energi. Kami menanam pohon yang energinya setara dengan batu bara," kata Wahyu dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (29/4/2025).
Ia merinci, pabrik Co-Firing PLTU PLN terletak di Pelabuhan Ratu, Sukabumi, dengan kapasitas 11.500 ton/tahun. Pabrik ini membutuhkan investasi Rp 27 miliar secara multiyears dan ditargetkan beroperasi pada kuartal II tahun ini.
Kemudian Co-Firing PLTU PLN Rembang dengan kapasitas 14.300 ton/tahun dengan rencana investasi sebesar Rp 27 miliar secara multiyears. Pabrik tersebut ditargetkan beroperasi pada kuartal I 2026.
Sementara untuk pabrik biomassa untuk dikomersialisasikan berada di Brumbung untuk memproduksi wood pellet dengan kapasitas 60.000 ton/tahun dengan rencana investasi Rp 133,6 miliar yang direncanakan operasional kuartal IV 2025.
"Untuk biomassa yang di Sukabumi, yang sudah menjelang akhir commissioning. Kemudian yang Rembang berproses dan yang di Brumbung juga sedang berproses," jelasnya.
Laba Perhutani
Perum Perhutani mencatat laba bersih sebesar Rp 303 miliar sepanjang tahun 2024. Angka tersebut menurun secara tahunan, di mana pada 2023 Perhutani membukukan laba bersih sebesar Rp 502 miliar.
Direktur Utama (Dirut) Perum Perhutani Wahyu Kuncoro mengatakan, catatan laba bersih masih tetap tumbuh jika ditinjau dari lima tahun terakhir, yakni sebesar 6,7%. Adapun penurunan laba tahun 2024 terjadi akibat meningkatnya gejolak politik dan ketidakpastian ekonomi.
"Banyak perusahaan kehutanan yang sulit untuk meneruskan bisnisnya, karena situasi gejolak politik dan pergerakan ekonomi yang cukup luar biasa," kata Wahyu dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR di Kompleks Parlemen.
Meski begitu, Wahyu mengaku pihaknya akan terus melakukan efisiensi untuk meningkatkan capaian laba bersih di tahun 2025. Berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP), Perhutani membidik laba bersih Rp 459 miliar di tahun 2025.
Selain itu, pendapatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu juga tercatat stagnan yakni sebesar Rp 5,5 triliun di tahun 2024 dan 2023. Namun, angka tersebut juga naik 2,5% jika ditinjau sejak lima tahun terakhir. Perhutani juga membidik pertumbuhan pendapatan tahun ini menjadi sebesar Rp 5,7 triliun.
Penurunan juga terjadi pada EBITDA secara tahunan, di mana tahun 2024 tercatat menjadi Rp 528 miliar dari sebelumnya Rp 757 miliar di tahun 2023. Perhutani juga membidik pertumbuhan EBITDA tahun ini menjadi Rp 711 miliar.
"Tentang rasio EBITDA margin, kami cukup baik di angka 9,9% dan nggak apa-apa to EBITDA sebesar 1,57 kali," jelasnya.
Lebih jauh, Perhutani mencatat peningkatan total aset sebesar Rp 18,3 triliun sepanjang tahun 2024 dari Rp 17,9 triliun di 2023. Wahyu mengatakan, aset yang dimiliki Perhutani adalah tegakan pohon sebagai aset.
"Sesuai PP pendirian kami, PP 72 tahun 2010, kami diberi amanah sebagai pengelola hutan, tentunya bukan sebagai pemilik hutan," tutupnya.
(kil/kil)