Eksportir dan Produsen Kerajinan Ungkap Dampak Tarif Impor Trump

8 hours ago 3

Jakarta -

Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (ASEPHI) menanggapi kebijakan tarif resiprokal yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ke sejumlah negara. Indonesia dikenakan tarif sebesar 32%, meski penerapannya masih ditunda.

Ketua Umum ASEPHI Muchsin Ridjan mengatakan tarif impor baru tersebut sangat berdampak bagi industri kerajinan. Menurutnya, kebijakan tarif tinggi ini akan menjadi pukulan keras bagi Indonesia.

"Industri tekstil, alas kaki, furnitur, karet selama ini mengandalkan pasar AS sebagai salah satu tujuan utama ekspor," katanya dalam keterangan tertulis, dikutip Selasa (29/4/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menekankan pentingnya adaptasi industri kerajinan terhadap perkembangan teknologi digital. Menurut dia, dunia kerajinan nasional harus mampu bertransformasi untuk tetap relevan di era globalisasi.

"Transformasi digital adalah keharusan. Kita tidak hanya menjaga warisan budaya melalui kerajinan, tapi juga harus mampu membawa produk lokal menembus pasar dunia dengan pendekatan modern," terang dia.

Sementara itu, Direktur Pengembangan Ekspor Jasa dan Produk Kreatif Kementerian Perdagangan, Ari Satria menilai pentingnya strategi negosiasi dalam memperluas ekspor produk kerajinan Indonesia, khususnya ke AS. Menurut Ari, meskipun AS masih menjadi pasar ekspor terbesar kedua setelah domestik, kontribusi ekspor ke negara tersebut mengalami penurunan.

"Secara nilai, ekspor kita masih kecil dibandingkan dengan pasar domestik. Namun, persentase ekspor ke AS semakin menurun," ujar Ari.

Ari juga menggarisbawahi potensi bahan baku lokal seperti kayu dan bambu yang bisa memperkuat daya saing produk kerajinan Indonesia. Namun, ia mengingatkan bahwa harga produk Indonesia harus tetap kompetitif di tengah persaingan global.

"Amerika tidak hanya mengenakan tarif pada Indonesia. Negara-negara pesaing kita juga terkena dampaknya. Karena itu, kita harus menjaga harga produk agar lebih rendah dibandingkan negara lain," jelas Ari.

Seperti diketahui, pemerintah Indonesia tengah bernegosiasi dalam upaya menurunkan tarif ekspor produk kerajinan ke AS. Target pengurangan hingga 10% dari tarif yang dikenakan mencapai 32%.

Selain upaya negosiasi tarif, pemerintah juga mendorong langkah strategis lain untuk mengurangi defisit perdagangan dengan AS, seperti meningkatkan pembelian produk energi dan pertanian dari Negeri Paman Sam.

(rea/ara)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |