Jakarta -
Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) melaporkan, realisasi investasi untuk sektor hilirisasi di triwulan I 2025 tembus hingga Rp 136,3 triliun. Angka ini naik signifikan 79,82% dibanding realisasi di tahun sebelumnya (year-on-year/YoY) yang berada di angka Rp 75,8 triliun.
Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Perkasa Roeslani mengatakan, Hilirisasi ini menjadi program utama dari pemerintah. Secara YoY angkanya naik 79,82%, sedangkan secara kuartalan (quarter-to-quarter/QoQ) naik 1,04% dari Rp 134,9 triliun.
"Peningkatannya YoY dari segi realisasi hilirisasi peningkatannya tadi 79%," kata Rosan, dalam acara Konferensi Pers Capaian Realisasi Investasi Triwulan I Tahun 2025 di Kantor Kementerian Investasi, Jakarta, Selasa (29/4/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini peningkatan yang sangat-sangat signifikan terhadap hilirisasi yang alhamdulillah terus berjalan dengan baik. Kami pun terus menerima potensi-potensi investasi yang masuk, hilirisasi ini appetite-nya, keinginannya masih sangat-sangat besar," sambungnya.
Rosan mengatakan, angka Rp 136,3 triliun ini berkontribusi cukup besar, hingga 29,3%, terhadap realisasi investasi keseluruhan yang mencapai Rp 465,2 triliun. Biasanya, hilirisasi berkontribusi pada realisasi investasi hanya di kisaran 23-24%.
"Ada yang cukup menarik, realisasi investasi atau kontribusi investasi dari hilirisasi itu mencapai 29,3%. Padahal kalau kita lihat trennya selama 3 tahun terakhir ini biasanya di range 23-24%," ujar dia.
Berdasarkan bahan paparan yang disajikannya, tercatat kontribusi sektor mineral mencapai Rp 97,6 triliun. Angka ini terdiri atas kontribusi komoditas nikel sebesar Rp 47,82 triliun, tembaga Rp 17,7 triliun, bauksit Rp 12,84 triliun, besi baja Rp 12,01 triliun, timah Rp 1,53 triliun, serta lainnya Rp 5,7 triliun.
Sedangkan untuk kontribusi sektor perkebunan dan kehutanan, totalnya mencapai Rp 31,12 triliun. Rinciannya antara lain komoditas kelapa sawit Rp 15,26 triliun, kayu log Rp 11,79 triliun, karet Rp 3,08 triliun, serta komoditas lainnya Rp 990 miliar.
Lalu untuk sektor minyak dan gas bumi (migas) kontribusinya sebesar Rp 6.55 triliun, dengan rincian dari komoditas minyak bumi Rp 3,13 triliun dan gas bumi Rp 3,42 triliun. Lalu ada dari sektor perikanan dan kelautan dengan kontribusi Rp 1,03 triliun.
Rosan memperkirakan, kenaikan kontribusi bidang hilirisasi ini disebabkan karena investasi hilirisasi yang masuk selama ini lebih terkonsentrasi di nikel dan produk turunannya. Meski menurutnya komoditas nikel akan terus berkembang, namun ia juga meyakini hal yang sama juga akan terjadi pada komoditas lain seperti tembaga hingga bauksit.
"Bauksit juga ini mungkin selama ini belum berkembang secara pesat. Nah kita lihat ini bauksit akan menjadi salah satu yang pertumbuhannya dalam hilirisasi akan meningkat cukup pesat ke depannya," ujar Rosan.
Pemerintah juga menyoroti tentang komoditas kelapa sawit. Rosan mengatakan, kelapa sawit ini juga sudah berjalan lama dan pihaknya akan coba lebih mendorong pada produk turunannya sehingga value added bisa terbentuk dan penciptaan lapangan pekerjaan yang lebih signifikan.
(acd/acd)