Kembang Goyang Betawi 'Disulap' Jadi Camilan Gaul Kekinian

5 hours ago 1

Tangerang Selatan -

Kue kembang goyang khas Betawi disulap menjadi camilan modern. Ukurannya mini, varian rasanya kekinian. Inilah kisah inspiratif Kembang Goyang Ningnong.

Salah satu ciri khas keluarga Betawi adalah beberapa rumah dalam satu gerbang. UMKM Kembang Goyang Ningnong juga terdiri dari dua rumah. Rumah depan untuk tempat tinggal, rumah belakang menjadi tempat produksi. Setia Ningsih menyambut kedatangan detikFinance di rumahnya di Serua Indah, Ciputat, Kota Tangerang Selatan.

Ningsih memulai usaha UMKM-nya sejak 2019. Pertama-tama dia membuat aneka kue-kue basah khas Betawi termasuk untuk hantaran pernikahan. Pada 2020, barulah dia mulai membuat kembang goyang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ningsih yang asli Betawi, awalnya prihatin melihat kue kembang goyang yang sering dianggap kuno. Bikinnya susah dan repot, tapi saat Lebaran kue kembang goyang cuma dipatah-patahkan, dianggap rasanya biasa saja dan kalau dimakan pun bersisa.

"Saya kepengen kembang goyang berbeda dari yang sudah ada. Rasanya tetap kembang goyang, tapi tampilannya, bahan bakunya, itu saya pikirkan banget supaya sehat dan segala macam," kata Ningsih, Senin (28/4/2025).

Tahun 2020 itulah Kembang Goyang Ningnong lahir. Ningsih mengurus segala izin usaha, HAKI, sertifikasi Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) sampai sertifikat halal. Di saat Pandemi COVID-19, Ningsih menuntaskan segala perizinan sambil produknya mulai masuk ke toko oleh-oleh Gerai Lengkong di Tangerang Selatan.

"Di situ mulai produksi secara massal karena ada pesanan dari Gerai Lengkong di tahun 2021," ujar Ningsih.

Inovasi dan riset pasar

Yang unik dari Kembang Goyang Ningnong adalah bahan tepung mocaf singkong yang gluten-free dan lebih sehat. Bentuknya juga mungil dan lucu. Rupanya Ningsih, melakukan riset pasar.

"Saya ada riset produk. One bite, saya maunya kembang goyang itu praktis. Saya juga kan orang Betawi, saya mau melestarikan makanan tradisional supaya tidak punah. Anak-anak Gen Z kalau kuenya kecil, kemasannya menarik, mereka tuh suka," kata Ningsih.

Ningsih sempat mengikuti beberapa pelatihan UMKM termasuk BRIncubator dari BRI. Pelatihan itu membuka matanya soal perlunya riset pasar. Ningsih lalu membuat survei online dengan target pasar konsumen anak muda yaitu mahasiswa dari aneka kampus di Tangerang dan Tangerang Selatan.

"Ada 50 responden kampus UIN, Unpam, UMN, Binus, dan ITI. Mereka ternyata suka rasa coklat, matcha, kopi. Dari hasil survei itu jadi dasar untuk varian rasa baru," kata Ningsih.

UMKM Kembang Goyang NingnongKembang Goyang Ningnong yang imut dengan rasa kekinian Foto: Fitraya Ramadhanny/detikcom

Akhirnya Kembang Goyang Ningnong mengubah target pasarnya menjadi anak muda dengan varian rasa original, wijen hitam, coklat dan kopi. Kemasan terbarunya pun berwarna kuning yang menarik dan lebih gaul serta kekinian. Di Instagram @ningnongindonesia dan Facebook Ningnong Makanan Betawi Tangsel, Ningsih dan timnya pun bikin konten cara makan kembang goyang yang kekinian.

"Kembang goyang tuh dikasih susu jadi kayak sereal. Dan mereka bilang lebih enak dari sereal, jadi istilahnya inilah sereal dengan kearifan lokal," kata Ningsih tertawa.

Berkat keunikannya, Kembang Goyang Ningnong tampil pameran BRI UMKM EXPO(RT) 2025 pada 30 Januari hingga 2 Februari 2025 di ICE BSD City. Kembang Goyang Ningnong lalu mengikuti proses kurasi yang ketat dan bertahap dan hasil pamerannya memuaskan.

"Saya bisa lolos kurasi saja suatu berkah, kita itu butuh event seperti itu untuk kasih edukasi bahwa kembang goyang kita berbeda. Alhamdulillah penjualan sold out. Omset kemarin tuh sekitar Rp 8,5 juta," kata Ningsih.

UMKM Kembang Goyang NingnongKembang Goyang Ningnong yang dioven jadi lebih sehat Foto: Fitraya Ramadhanny/detikcom

Cultural entrepreneurship

Pakar ekonomi UMKM dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), Rambat Lupiyoadi dalam wawancara terpisah dengan detikFinance mengatakan apa yang dilakukan UMKM seperti Kembang Goyang Ningong adalah contoh cultural entrepreneurship. Melestarikan kebudayaan Betawi berupa makanan khas, justru memberikan keunikan dan daya tarik.

"Jadi UMKM juga makin kuat dengan cultural enterpeneurship. Pendekatannya budaya tapi juga punya nilai ekonomi," ujar Rambat

Rambat berharap ada dukungan pemerintah untuk para pelaku UMKM yang sekaligus melestarikan budaya, misalnya budaya Betawi. Rambat memberikan contoh lain, ada juga UMKM khas Betawi yang melestarikan ondel-ondel.

"Punya nilai jual dan bisa sustain," pungkasnya.

(fay/hns)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |