Mitratel telah menjelma menjadi digital infraco terbesar di Indonesia dan regional.
Pamer Strategi Babat Alas, Mitratel (MTEL) Sukses Bagi Dividen Total hingga Rp2,7 T (foto: MNC media)
IDXChannel - PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL), atau Mitratel, sukses bertransformasi dari perusahaan pembangun jaringan telekomunikasi berbasis telepon (Public Switched Telephone Network/PSTN) menjadi penyedia infrastruktur digital terbesar di Asia Tenggara.
Proses transformasi tersebut dijalankan secara konsisten dan penuh kehati-hatian sejak Oktober 2008, saat Perseroan pertama kali didirikan.
"Artinya kami sudah 16 tahun berkiprah, dengan berevolusi secara perubahan business model, agar selalu relevan dengan kebutuhan pelaku di industri telekomunikasi, sehingga berhasil membawa Perseroan ke level yang jauh lebih tinggi," ujar Direktur Utama MTEL, Theodorus Ardi Hartoko, dalam keterangan resminya.
Menurut pria yang akrab disapa Teddy tersebut, enam belas tahun bukan waktu singkat, yang telah membawa MTEL melalui berbagai fase dan melewati banyak tantangan agar tetap tumbuh dan berkembang bersama industri telekomunikasi.
Menurut Teddy, rangkaian transformasi tersebut dilakukan tidak semata-mata demi kepentingan bisnis, melainkan juga semangat untuk menjadi garda terdepan dalam pemerataan akses telekomunikasi di Indonesia.
"Dan kami bersyukur telah berhasil menjawab tantangan tersebut," ujar Teddy.
Teddy menjelaskan, perkembangan bisnis MTEL ditandai dengan agresivitas Perseroan dalam membangun jaringan menara di seluruh Indonesia, termasuk di daerah terpencil dan terluar, yang saat itu belum mendapatkan akses telekomunikasi secara memadai.
Pada kurun waktu yang sama, manajemen juga aktif melakukan akuisisi dan memainkan peran penting sebagai konsolidator di industri telekomunikasi. Agresivitas membangun jaringan dan serangkaian akuisisi aset menara serta fiber menjadikan MTEL menjelma menjadi digital infraco terbesar di Indonesia dan regional.
"Dengan perkembangan bisnis yang pesat itu, MTEL kini tidak sekadar dikenal sebagai entitas penyuplai kebutuhan TelkomGroup, juga telah berevolusi menjadi mitra strategis para pelaku industri operator telekomunikasi (MNO)," ujar Teddy.
Peran MTEL diklaim Teddy makin terasa penting dan bernilai strategis bagi pelaku industri yang agresif berekspansi ke luar Pulau Jawa, dengan posisi Perseroan sebagai pionir di banyak daerah, yang dulunya belum berkembang pesat seperti saat ini.
"Strategi babat alas untuk pemerataan akses telekomunikasi di penjuru negeri ternyata telah membawa berkah luar biasa bagi kami, yang kini memanen apa yang telah kami tanam sejak jauh hari," ujar Teddy.
Selain berevolusi di model bisnis, MTEL disebut Teddy juga telah melakukan lompatan penting ketika memutuskan menjadi perusahaan publik, sebagai salah satu peristiwa bersejarah sekaligus pencapaian penting bagi dalam sejarah Perseroan.
Dengan menjadi perusahaan publik, dikatakan Teddy, penerapan good corporate governance (GCG) semakin baik dan terus dipacu untuk memberikan nilai tambah bagi seluruh shareholders.
"Di sisi lain, kami tetap menjalankan fungsi agregator pemerintah dalam memacu pembangunan infrastruktur telekomunikasi di Tanah Air," ujar Teddy.
Saat melaksanakan IPO pada November 2021, MTEL diketahui telah melepas 23,49 miliar saham ke publik, dengan meraup dana Rp18,79 triliun, sekaligus menjadi salah satu IPO terbesar pada tahun tersebut.
Telkom tetap menjadi pemegang saham terbesar dengan porsi kepemilikan sebesar 71,83 persen, sisanya dimiliki publik dengan kepemilikan masyarakat non warkat sebesar 28,17 persen.
Sebagai perusahaan publik, MTEL berhasil membukukan kenaikan laba bersih secara konsisten. Pada semester I-2024, Perseroan membukukan pendapatan Rp4,45 triliun, tumbuh 7,8 persen dibanding periode sama tahun lalu (yoy).
EBITDA tercatat Rp3,69 triliun, tumbuh 10,2 persen. Sedangkan raihan laba bersih mencapai Rp1,06 triliun, naik 4,1 persen (yoy). Dari sisi operasional juga terus meningkat, di mana MTEL mencatat tambahan 567 menara baru, sehingga total menjadi 38.581 menara. Kenaikan jumlah menara disertai tambahan 1.189 penyewa baru atau 7,1 persen, sehingga total mencapai 58.598 penyewa.
Pencapaian ini semakin memperkuat posisi pangsa pasar MTEL dengan dominasi sebesar 54 persen di bisnis penyewaan menara. Sementara bisnis fiber berhasil tumbuh impresif sebesar 37,9 persen dari 27.269 km menjadi 37.602 km pada akhir Juni 2024.
Dari 38.581 menara, sebanyak 15.974 menara atau setara 41 persen berlokasi di pulau jawa. Sementara 22.607 menara sisanya, atau setara 59 persen, berada di luar Pulau Jawa. Kondisi ini menjadi nilai tambah MTEL, mengingat industri telekomunikasi tengah menggencarkan ekspansi ke sejumlah daerah yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru.
"Selain meraih pertumbuhan kinerja, sebagai perusahaan publik, kami juga tidak pernah absen membagikan keuntungan dalam bentuk dividen. Dengan dividen ini, kami bukan hanya memberikan nilai tambah untuk investor (shareholders value), tapi juga ikut berkontribusi secara tidak langsung dalam menambah pundi pundi penerimaan negara," ujar Teddy.
Terhitung sejak melaksanakan IPO hingga 2023, MTEL telah membagikan dividen senilai Rp2,733 triliun (total selama tiga tahun).
(taufan sukma)