Nitilaku 2024: Refleksi 75 Tahun UGM demi Kebenaran Sejarah

1 month ago 31

Opini , Jurnalis-Senin, 16 Desember 2024 |06:47 WIB

 Refleksi 75 Tahun UGM demi Kebenaran Sejarah

Roy Suryo Hadiri Acara Refleksi 75 Tahun UGM (Foto: Okezone)

JAKARTA - Hari ini, Minggu 15 Desember 2024 Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogja mengadakan kegiatan 'Nitilaku 2024' yang merupakan bagian dari rangkaian acara Lustrum ke-15 sekaligus peringatan Hari Jadi UGM ke-75, yang tepatnya jatuh pada tanggal 19/12/24. Acara Nitilaku 2024 ini melengkapi Malam Alumni 2024 yang merupakan sinergi UGM dan Kagama (Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada) semalam sebelumnya di Graha Sabha Pramana (GSP), Sabtu 14/12/24.

Pada malam Alumni tersebut sempat digunakan oleh Ketua Kagama terpilih, Dr. Ir. Mochamad Basuki Hadimoeljono, M.Sc (mantan Menteri PUPR yang sekarang menjabat sebagai Ketua Otorita IKN) untuk memperkenalkan jajaran Pengurus Pusat (PP) Kagama 2024-2029 dihadapan Audiens di GSP. Diantara Alumni terdapat juga Wakil Menkomdigi sekaligus SekJen Kagama, Nezar Patria, M.Sc, MBA, Wakil Menteri Keuangan, Dr. Anggito Abimanyu, M.Sc, GRCP, GBPH Prabukusumo, S.Psi selaku perwakilan dari Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Mengapa wakil dari Kraton Jogja ini penting, karena sesuai dengan sejarahnya UGM tidak akan bisa dilepaskan dari peran Kraton Kasultanan Jogja tsb yang sempat digunakan sebagai salahsatu lokasi Kampus utama awal UGM saat pendiriannya di tahun 1949 silam. Ketika itu kegiatan perkuliahan diselengarakan dengan segala keterbatasan. Perkuliahan dilaksanakan tidak terpusat di satu lokasi, tetapi tersebar di sejumlah tempat yang berada di kompleks Keraton: Ngasem, Mangkubumen, Kadipaten, dan Jetis.

Secara lebih detail, di Kampus Kadipaten, kamar kereta disulap menjadi poliklinik, kamar penjaga menjadi laboratorium bakteriologi, kamar pelayan menjadi laboratorium kimia, dan kandang kuda menjadi rumah sakit. Sitihinggil dan Pagelaran dirombak menjadi aula, ruang kuliah, dan kantor Fakultas HESP (Hukum, Ekonomi, Sosial, Politik). Sementara perkuliahan di Bangsal Sitihinggil bisa menampung 1.000 mahasiswa namun tetap harus bergantian mengingat animo masuk UGM saat itu terus meningkat sebagai Kampus Kerakyatan yang berasal dari Rakyat untuk Masyarakat.

Namun sebenarnya kalau dilihat jauh sebelum dilakukan penyatuan nama menjadi "Universitas", UGM dulunya De facto adalah gabungan dari beberapa sekolah tinggi yang lebih dahulu berdiri, seperti Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada, Akademi Ilmu Politik yang ada di Jogja, Sekolah Tinggi Teknik, Perguruan Tinggi Kedokteran Bagian Pra Klinis di Klaten, dan Balai Pendidikan Ahli Hukum di Solo. De jure berdirinya UGM disahkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1949 tentang Peraturan Penggabungan Perguruan Tinggi menjadi Universteit.

Saat awal didirikan UGM hanya terdiri dari 6 (enam) fakultas, yaitu Fakultas Kedokteran, Fakultas Hukum, Fakultas Teknik, Fakultas Sastra & Filsafat, Fakultas Pertanian, dan Fakultas Kedokteran Hewan. Kemudian, menurut Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1950 tanggal 14 Agustus 1950 (Peraturan Sementara tentang UGM), perguruan tinggi ini mempunyai 6 fakultas, yakni: 1. Fakultas Kedokteran, Kedokteran Gigi, dan Farmasi, 2. Fakultas Hukum, Sosial, dan Politik, 3. Fakultas Teknik, 4. Fakultas Sastra, Pedagogik, dan Filsafat, 5. Fakultas Pertanian dan 6. Kedokteran Hewan.

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari

Follow

Berita Terkait

Telusuri berita edukasi lainnya

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |