transformasi dilakukan tidak semata-mata demi kepentingan bisnis, melainkan juga semangat untuk menjadi garda terdepan dalam pemerataan akses telekomunikasi.
Mitratel (MTEL) Tegaskan Posisi Sebagai Penyedia Infrastruktur Digital Terbesar di ASEAN (foto: MNC media)
IDXChannel - PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL), atau Mitratel, semakin menegaskan posisinya sebagai perusahaan penyedia infrastruktur digital terbesar di Asia Tenggara.
Hal ini tak lepas dari aset menara telekomunikasi yang dimiliki anak usaha PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), atau Telkom tersebut, yang tercatat secara total mencapai 38.581 menara.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 15.974 menara atau setara 41 persen berlokasi di pulau jawa. Sementara 22.607 menara sisanya, atau setara 59 persen, berada di luar Pulau Jawa.
Tak hanya secara jumlah kepemilikan menara, MTEL juga berhasil mencatatkan penambahan 1.189 penyewa baru, atau tumbuh sebesar 7,1 persen, sehingga total mencapai 58.598 penyewa.
"Pencapaian ini tentu semakin memperkuat posisi pangsa pasar MTEL dengan dominasi sebesar 54 persen di bisnis penyewaan menara. Sementara bisnis fiber berhasil tumbuh impresif sebesar 37,9 persen dari 27.269 km menjadi 37.602 km pada akhir Juni 2024," ujar Direktur Utama MTEL, Theodorus Ardi Hartoko, dalam keterangan resminya.
Massifnya capaian kinerja saat ini tersebut, menurut Teddy, merupakan buah dari perjuangan panjang Perseroan dalam menjalankan strategi babat alas dengan secara konsisten berekspansi ke luar Pulau Jawa.
Atas strategi tersebut, MTEL pun kerap tercatat sebagai pionir dalam penetrasi layanan telekomunikasi di berbagai daerah di pelosok Tanah Air.
"Strategi babat alas untuk pemerataan akses telekomunikasi di penjuru negeri ternyata telah membawa berkah luar biasa bagi kami, yang kini memanen apa yang telah kami tanam sejak jauh hari," ujar Teddy.
Atas berjalannya strategi tersebut sesuai harapan, Teddy pun menyebut pihaknya telah berhasil bertransformasi dalam 16 tahun kiprahnya selama ini, dari semula perusahaan pembangun jaringan telekomunikasi berbasis telepon (Public Switched Telephone Network/PSTN) menjadi penyedia infrastruktur digital terbesar di Asia Tenggara.
"Artinya kami sudah 16 tahun berkiprah, dengan berevolusi secara perubahan business model, agar selalu relevan dengan kebutuhan pelaku di industri telekomunikasi, sehingga berhasil membawa Perseroan ke level yang jauh lebih tinggi," ujar Direktur Utama MTEL, Theodorus Ardi Hartoko, dalam keterangan resminya.
Menurut pria yang akrab disapa Teddy tersebut, enam belas tahun bukan waktu singkat, yang telah membawa MTEL melalui berbagai fase dan melewati banyak tantangan agar tetap tumbuh dan berkembang bersama industri telekomunikasi.
Menurut Teddy, rangkaian transformasi tersebut dilakukan tidak semata-mata demi kepentingan bisnis, melainkan juga semangat untuk menjadi garda terdepan dalam pemerataan akses telekomunikasi di Indonesia.
"Dan kami bersyukur telah berhasil menjawab tantangan tersebut," ujar Teddy.
Selain berevolusi di model bisnis, MTEL disebut Teddy juga telah melakukan lompatan penting ketika memutuskan menjadi perusahaan publik, sebagai salah satu peristiwa bersejarah sekaligus pencapaian penting bagi dalam sejarah Perseroan.
Dengan menjadi perusahaan publik, dikatakan Teddy, penerapan good corporate governance (GCG) semakin baik dan terus dipacu untuk memberikan nilai tambah bagi seluruh shareholders.
"Di sisi lain, kami tetap menjalankan fungsi agregator pemerintah dalam memacu pembangunan infrastruktur telekomunikasi di Tanah Air," ujar Teddy.
Saat melaksanakan IPO pada November 2021, MTEL diketahui telah melepas 23,49 miliar saham ke publik, dengan meraup dana Rp18,79 triliun, sekaligus menjadi salah satu IPO terbesar pada tahun tersebut.
Telkom tetap menjadi pemegang saham terbesar dengan porsi kepemilikan sebesar 71,83 persen, sisanya dimiliki publik dengan kepemilikan masyarakat non warkat sebesar 28,17 persen.
Sebagai perusahaan publik, MTEL berhasil membukukan kenaikan laba bersih secara konsisten. Pada semester I-2024, Perseroan membukukan pendapatan Rp4,45 triliun, tumbuh 7,8 persen dibanding periode sama tahun lalu (yoy).
EBITDA tercatat Rp3,69 triliun, tumbuh 10,2 persen. Sedangkan raihan laba bersih mencapai Rp1,06 triliun, naik 4,1 persen (yoy).
Dari sisi operasional juga terus meningkat, di mana MTEL mencatat tambahan 567 menara baru, sehingga total menjadi 38.581 menara. Kenaikan jumlah menara disertai tambahan 1.189 penyewa baru atau 7,1 persen, sehingga total mencapai 58.598 penyewa.
Pencapaian ini semakin memperkuat posisi pangsa pasar MTEL dengan dominasi sebesar 54 persen di bisnis penyewaan menara. Sementara bisnis fiber berhasil tumbuh impresif sebesar 37,9 persen dari 27.269 km menjadi 37.602 km pada akhir Juni 2024.
Dari 38.581 menara, sebanyak 15.974 menara atau setara 41 persen berlokasi di pulau jawa. Sementara 22.607 menara sisanya, atau setara 59 persen, berada di luar Pulau Jawa. Kondisi ini menjadi nilai tambah MTEL, mengingat industri telekomunikasi tengah menggencarkan ekspansi ke sejumlah daerah yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru.
"Selain meraih pertumbuhan kinerja, sebagai perusahaan publik, kami juga tidak pernah absen membagikan keuntungan dalam bentuk dividen. Dengan dividen ini, kami bukan hanya memberikan nilai tambah untuk investor (shareholders value), tapi juga ikut berkontribusi secara tidak langsung dalam menambah pundi pundi penerimaan negara," ujar Teddy.
Terhitung sejak melaksanakan IPO hingga 2023, MTEL telah membagikan dividen senilai Rp2,733 triliun (total selama tiga tahun).
(taufan sukma)