Teori bird in hand dalam investasi adalah teori yang meyakini bahwa investor lebih menyukai dividen tunai saat berinvestasi dibanding potensi capital gain.
Makna Strategi Investasi Bird in Hand, Dividen Investing VS Capital Gain Oriented. (Foto: Freepik)
IDXChannel—Apa yang dimaksud dengan strategi investasi bird in hand? Teori bird in hand dalam investasi adalah teori yang meyakini bahwa investor lebih menyukai dividen tunai saat berinvestasi dibanding potensi capital gain di masa mendatang.
Teori ini dikembangkan oleh Myron Gordon dan John Lintner pada 1956, sebagai bantahan atas teori dividend irrelevance yang dikemukakan oleh Modigliani dan Miller yang menyebutkan bahwa investor tidak peduli apakah keuntungannya berasal dari dividen ataukah capital gain.
Dalam teori bird in hand, Gordon dan Lintner meyakini bahwa investor lebih memilih dividen karena capital gain bersifat tidak menentu sekalipun berpotensi tinggi, sementara dividen tunai menawarkan kepastian lebih tinggi.
Teori ini berangkat dari pepatah yang berbunyi ‘a bird in the hand is worth two in the bush’, yang jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti ‘satu burung di tangan setara dengan dua burung di balik semak-semak.’
Melansir Investopedia (14/5/2025), karena dalam teori bird in hand investor diyakini lebih menyukai dividen, maka saham-saham dengan dividen tinggi dapat membuat harga pasar sahamnya lebih tinggi.
Strategi Investasi Bird in Hand, Bedanya dengan Investasi Kejar Capital Gain
Teori bird in hand mengemukakan bahwa berinvestasi dengan mengutamakan capital gain sejatinya sepenuhnya bergantung pada prediksi. Seorang investor bisa saja menganalisis saham secara fundamental dan teknikal, tetapi performa saham tetap bisa dipengaruhi oleh faktor eksternal di luar kendali investor.
Dalam hal ini, investasi capital gain merepresentasikan ‘dua burung di balik semak-semak’, yang berarti keberadaannya memang ‘ada’ tetapi tidak 100 persen pasti dan jelas.
Keuntungannya memang terprediksi, bahkan bisa saja berkali-kali lipat lebih besar dari prediksi, tetapi belum bisa dibuktikan 100 persen. Sehingga, peluang untung dan rugi sama-sama besar, alias 50:50.
Sebaliknya, investasi dengan mengutamakan keuntungan dividen dinilai lebih jelas, karena dividen tunai adalah bukti konkret bahwa investasi menguntungkan. Namun teori bird in hand juga memiliki kekurangannya sendiri.
Investor legendaris Warren Buffett pernah berpendapat bahwa berinvestasi dengan memilih kenyamanan jarang atau kurang mampu membawa keuntungan besar dalam jangka panjang.
Dividend investing memang menjamin keuntungan tiap tahun, tetapi dalam jangka panjang, investor dividen meraup keuntungan lebih rendah dibanding capital gain investing. Terutama jika capital gain diperoleh dari pembelian saham undervalued.
Itulah penjelasan singkat tentang strategi investasi bird in hand.
(Nadya Kurnia)