Triharjono mulanya membagikan hasil panen lele secara gratis, namun lama kelamaan dia menerima rokok dan uang untuk pengganti pakan.
Kisah Sukses Pengusaha Lele, Dulu Dibayar Rokok Kini Catat Omzet Ratusan Juta. (Foto: YouTube/OASIS Muslim Society)
IDXChannel—Kisah pengusaha lele di Berau ini menarik untuk diulas. Triharjono adalah pemilik dari Bandar Lele Berau, tempat budidaya lele dan penjualan pakan ikan di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.
Cerita bisnis Triharjono terbilang unik. Karena awal mula bisnis budidaya lele ini berangkat dari mengisi waktu luang, dan Tri sendiri mulanya membagikan hasil panennya secara gratis, namun dibayar dengan rokok karena penerimanya tidak enak hati.
Dalam kanal YouTube OASIS Muslim Society, Triharjono membagikan awal mula bisnis budidaya lelenya berdiri. Dia datang ke Berau pada 1999 sebagai tenaga kerja honorer untuk Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, dengan bayaran Rp100.000 per bulan.
Namun Triharjono adalah lulusan SMT pertanian dengan jurusan perikanan. Sehingga untuk mengisi waktu senggang, Tri melakukan budidaya lele dengan satu kolam. Mulanya, banyak orang yang keheranan dengan kegiatan budidayanya.
Sebagai tambahan informasi, pada periode tersebut ikan lele bukanlah jenis ikan yang lazim dikonsumsi masyarakat Berau. Sebagai daerah yang memiliki wilayah pantai, penduduk Berau lebih sering makan ikan laut.
“Orang-orang juga sudah jijik duluan, karena ada cerita kan ikan lele itu makannya ini itu. Namun saya tekuni saja, karena suka sama ikan. Dua tahun saya merintis itu bukan untuk usaha, tapi untuk hiburan,” kata Tri.
Pada dua tahun pertama itu juga Tri hanya berbagi hasil panen, bukan jualan. Dia membagikan bibit kepada orang yang mau memelihara, hasil panen pun dia bagikan secara gratis kepada teman-temannya.
Dari teman ke teman, hasil panen budidayanya sampai ke orang-orang yang tidak dia kenal. Karena tidak kenal, orang-orang tersebut merasa tidak enak hati dan akhirnya menawarkan rokok sebagai gantinya.
“Lama-lama jadi ‘Pak, ini uang pengganti untuk pakan’, lama-lama setelah saya hitung, kok ini bisa dapat Rp350.000 sebulan. Sementara gaji saya saja cuma Rp100.000, saya pikir ini pilihan. Mau terus berkarir atau budidaya,” lanjutnya.
Perjalanan budidayanya pun tak mudah awalnya. Mengingat masyarakat Berau tidak makan ikan lele, dulu tidak ada warung sari laut (seafood) di pinggir jalan yang menjual lele goreng, juga tidak ada warung pecel lele.
Setiap kali dia mengunjungi warung sari laut, dia selalu bertanya apakah ada pecel lele. Lama kelamaan para pemilik warung mulai menyajikan lele goreng, dari situlah kini banyak ditemukan menu lele goreng di warung-warung makan pinggir jalan di Berau.
“Begitu disediakan akhirnya banyak yang mau juga. Baliho sari laut dulu tidak ada gambar ikan lelenya, tapi alhamdulillah sekarang sudah banyak. Usaha ini dulu dari tidak laku, sampai kekurangan pasokan terus sekarang,” kata Tri.
Saat ini, omzet penjualan lelenya mencapai Rp90 juta satu bulan. Namun tri juga menjual pakan ikan yang dijual sampai ke Kalimantan Utara, nilai stok pakan ikannya mencapai Rp300 jutaan dalam satu bulan.
Dari bisnis ini, Triharjono bisa memenuhi kebutuhan keluarganya. Dia bahkan mampu membiayai istrinya hingga mengenyam pendidikan hingga S3.
Bandar Lele Berau yang didirikan Triharjono menyediakan ikan lele mulai dari bibit, setengah jadi, dan ikan yang siap dikonsumsi. Tri mendesain waktu budidaya agar setiap hari dapat memanen, sehingga permintaan konsumen terus tersedia. Selain budidaya ikan lele, Tri juga membudidaya ikan hias dan tanaman hidroponik.
Itulah kisah sukses pengusaha lele.
(Nadya Kurnia)