Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam) Abu Rokhmad mengatakan, pengiriman dai ke wilayah 3T rutin dilakukan sejak 2022 setiap Ramadan.
Jelang Ramadan, Kemenag Kirim 1.000 Dai ke Wilayah 3T hingga Luar Negeri (FOTO:Dok Kemenag)
IDXChannel - Kementerian Agama (Kemenag) kembali mengirim 1.000 dai dan daiyah dari berbagai daerah di Indonesia ke wilayah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal), wilayah khusus, hingga luar negeri. Program ini menjadi bagian dari tarhib Ramadan 1446 H.
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam) Abu Rokhmad mengatakan, pengiriman dai ke wilayah 3T rutin dilakukan sejak 2022 setiap Ramadan.
"Program ini bertujuan meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Islam, memperkuat harmoni masyarakat berbasis nilai agama dan kearifan lokal, serta membantu menyelesaikan masalah sosial, dan budaya di wilayah perbatasan," katanya dalam keterangan resmi Kamis (27/2/2025).
Tahun ini, Kemenag juga memperluas akses layanan keagamaan bagi diaspora Indonesia di luar negeri dengan mengirim lima dai ke Australia, Jerman, dan Selandia Baru. Para pendakwah yang ditugaskan di luar negeri merupakan peraih juara MTQ di tingkat nasional.
Abu mengapresiasi para pendakwah yang meneguhkan niat untuk mengabdi selama Ramadan. “1.000 orang yang siap terpisah selama sebulan dengan istri maupun suami ini merupakan pengabdian luar biasa. Perjalanan yang penuh dengan tantangan, tapi juga penuh dengan pahala yang luar biasa,” ujar Abu.
Abu juga mengingatkan terkait dokumentasi dan evaluasi dakwah. Setiap dai diminta melaporkan aktivitasnya, mengaktifkan media sosial, serta membuat laporan berbasis data untuk mengukur perubahan di masyarakat. Selain itu, ia berharap, para dai dapat memiliki kedekatan emosional dengan masyarakat dan keluarga yang mereka bina.
“Negara membutuhkan tangan-tangan kreatif dan niat baik para dai. Bantu negara ini dengan mengajak masyarakat bekerja keras sesuai bidangnya. Bangun kedekatan emosional,” ujarnya.
Direktur Penerangan Agama Islam Ahmad Zayadi menambahkan, meningkatnya permintaan layanan keagamaan dari diaspora, berpotensi bagi Indonesia untuk menjadi kiblat dalam kajian dan praktik keislaman, sebagaimana permintaan imam dan khatib dari berbagai negara, termasuk Kuwait dan Uni Emirat Arab.
"Layanan keagamaan yang kita berikan bisa dilihat dari keberadaan Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) yang dibangun oleh Indonesia, yang memiliki 70 persen mahasiswa asing dan 30 persen mahasiswa lokal,” tuturnya.
Zayadi berharap, para dai yang diutus dapat memahami pentingnya mengenal audiens (mad’u) secara psikologis dan spiritual. "Dakwah perlu memperhitungkan faktor sosial dan budaya masyarakat. Dai tidak hanya bertugas menyampaikan ajaran agama, tetapi juga melakukan analisis sosial agar dakwah lebih efektif,” kata Zayadi.
Para pendakwah dijadwalkan berangkat pada 27 Februari 2025 dan bertugas hingga akhir Ramadan.
(kunthi fahmar sandy)
Follow Saluran Whatsapp IDX Channel untuk Update Berita Ekonomi
Follow Berita IDX Channel di