Investor emas dan pemegang saham emiten tambang sama-sama menikmati pekan yang menggembirakan.
Investor Emas dan Pemegang Saham PSAB-HRTA Cs Kompak Semringah Pekan Ini. (Foto: Freepik)
IDXChannel – Investor emas dan pemegang saham emiten tambang sama-sama menikmati pekan yang menggembirakan. Harga emas dunia menembus rekor tertinggi baru, mendorong penguatan signifikan pada saham-saham terkait di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Data BEI mencatat, saham PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) menjadi salah satu top gainers setelah melesat 15,75 persen dalam sepekan. Saham PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) juga mencatat kenaikan tajam sebesar 13,28 persen pada periode yang sama.
Kenaikan juga terjadi pada saham PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) yang naik 8,65 persen, PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) sebesar 4,82 persen, dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang menguat 3,36 persen dalam sepekan.
Penguatan saham-saham tersebut sejalan dengan lonjakan harga emas yang pada Jumat (11/4/2025) tembus ke level USD3.200 per troy ons. Kenaikan ini dipicu oleh melemahnya dolar AS dan meningkatnya ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan China, yang memicu kekhawatiran terhadap risiko resesi global.
Situasi tersebut membuat investor global kembali berburu aset aman (safe haven) seperti emas, turut mendorong sentimen positif bagi saham emiten tambang emas di pasar modal domestik.
Harga emas spot naik hampir 1,97 persen ke posisi USD3.237,93 per troy ons pada Jumat, setelah sempat menyentuh rekor tertinggi di USD3.245,48 di awal sesi. Sepanjang pekan ini, harga emas telah melonjak lebih dari 6,59 persen.
"Emas jelas menjadi aset safe haven favorit di tengah kekacauan yang dipicu perang dagang Trump. Dolar AS melemah, dan obligasi pemerintah AS mengalami tekanan besar karena kepercayaan terhadap AS sebagai mitra dagang yang dapat diandalkan mulai luntur," kata analis komoditas di WisdomTree, Nitesh Shah.
China pada hari yang sama menaikkan tarif impor atas produk AS menjadi 125 persen, mempertinggi tensi konflik dagang antara dua ekonomi terbesar dunia.
Dolar AS melemah terhadap mata uang utama lainnya, sehingga membuat harga emas yang dihargai dalam dolar menjadi lebih murah bagi pembeli di luar negeri.
Kenaikan harga emas sepanjang 2025 juga didorong oleh pembelian dari bank sentral, ekspektasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve, ketidakpastian geopolitik, dan arus dana investor ke ETF berbasis emas.
Data menunjukkan harga produsen AS secara tak terduga turun 0,4 persen pada Maret, namun tarif impor yang lebih tinggi diperkirakan mendorong inflasi dalam beberapa bulan ke depan.
Pelaku pasar kini memperkirakan The Fed kembali memangkas suku bunga pada bulan Juni, dengan total pemangkasan diperkirakan mencapai sekitar 90 basis poin hingga akhir 2025.
“Koreksi kecil pada harga emas bukan hal yang mengejutkan, tapi arah ke depan tampaknya tetap naik seiring data CPI dan PPI memberi ruang bagi The Fed untuk memangkas suku bunga, yang pada akhirnya akan terus menekan dolar,” ujar seorang trader logam independen, Tai Wong.
Sebagai aset tanpa imbal hasil, emas secara tradisional menjadi lindung nilai terhadap ketidakpastian global dan inflasi, serta cenderung menguat di tengah suku bunga rendah.
Namun, analis UBS mencatat bahwa beberapa faktor dapat membatasi kenaikan emas, seperti meredanya ketegangan geopolitik, kembali pulihnya hubungan dagang global, atau perbaikan signifikan dalam kondisi ekonomi dan fiskal AS. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.