PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) mencairkan dividen interim kepada para pemegang saham, Rabu (15/1/2025).
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) mencairkan dividen interim kepada para pemegang saham, Rabu (15/1/2025). (Foto: Dok. BRI)
IDXChannel - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) mencairkan dividen interim kepada para pemegang saham, Rabu (15/1/2025). Dividen yang diberikan tersebut mencapai Rp20,3 triliun atau Rp153 per saham.
Dividen ini menjadi pelipur lara bagi para investor BBRI setelah harga saham bank BUMN tersebut tertekan. Pada perdagangan Selasa (14/1/2025), harga saham BBRI kembali turun sebesar 1,3 persen ke Rp3.800.
Koreksi itu memperpanjang pelemahan saham BBRI yang dalam tiga bulan terakhir turun Rp1.100 atau 22 persen. Harga saham BBRI juga menyentuh level terendah dalam 52 minggu terakhir.
Di samping itu, pelemahan saham BBRI juga membuat imbal hasil dividen (dividend yield) makin menarik. Sepanjang 2024, bank berkapitalisasi besar tersebut membagikan dividen Rp396 yang diambil dari laba 2023 dan 2024, sehingga dividen yield-nya menyentuh double digit.
Direktur Utama BRI, Sunarso sebelumnya mengatakan, pembagian dividen interim pada akhir 2024 merupakan apresiasi Bank kepada para pemegang saham yang terus mendukung perjalanan BRI hingga usia ke-129 tahun. Dia memastikan pembagian dividen interim ini tidak mengganggu permodalan BRI.
“Di sisi lain semua kebutuhan investasi telah terpenuhi serta cadangan untuk meng-cover berbagai risiko telah disediakan dengan memadai,” kata Sunarso, beberapa waktu lalu.
Tekanan terhadap saham BBRI tidak terlepas dari aksi jual investor asing seiring dengan terjadinya arus modal keluar dari pasar modal Indonesia (capital outflow). Dalam tiga bulan terakhir, investor asing melepas saham BBRI hingga Rp16,8 triliun.
Saham BBRI yang dijual investor asing terus ditampung oleh investor lokal. Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jumlah pemegang saham BBRI pada akhir 2024 mencapai 653.247 akun Single Investor Identification (SID) bertambah 26 persen (+134.355) dibandingkan empat bulan sebelumnya.
Dalam riset yang dirilis pada akhir Desember 2024, Analis Verdhana Sekuritas, Nicholas Santoso dan Erwin Wijaya menilai, pelemahan saham BBRI akibat hapus buku (write-off) yang cukup besar pada kredit segmen mikro dan ultra mikro.
"Sejauh ini, kami percaya bahwa hal ini menjadi penyebab utama tekanan jual yang signifikan pada saham (BBRI) yang terjadi dalam jangka pendek," katanya.
Kredit BBRI pada segmen mikro dan ultra mikro memasuki jatuh tempo dalam beberapa tahun ke depan. Dengan begitu, pertumbuhan kredit di sektor ini akan melambat, sehingga BBRI seharusnya mulai mempertimbangkan untuk menggarap sektor komersial atau korporasi.
Pada 2025, Nicholas dan Erwin memperkirakan BBRI akan mencairkan Kupedes lebih kecil dibandingkan tahun ini. Hal tersebut diharapkan bisa menekan rasio kredit bermasalah (non-performing loan atau NPL) yang dihadapi BBRI.
(Rahmat Fiansyah)