Saham emiten produsen emas menguat hingga akhir sesi I, Rabu (19/3/2025), seiring harga logam mulia acuannya yang kembali mencetak rekor tertinggi.
Intip Gerak PSAB-ANTM Cs Saat Harga Emas Kembali Rekor. (Foto: Freepik)
IDXChannel – Saham emiten produsen emas menguat hingga akhir sesi I, Rabu (19/3/2025), seiring harga logam mulia acuannya yang kembali mencetak rekor tertinggi.
Data Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan, saham PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) memimpin kenaikan, yakni sebesar 5,19 persen ke Rp324 per unit. Dengan ini, saham PSAB mencatatkan reli 4 hari beruntun.
Dalam sepekan, saham PSAB mendaki 31,71 persen, sedangkan dalam sebulan terkerek 8,72 persen.
Saham PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) juga sebesar 0,75 persen. Kemudian, diikuti saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) yang terapresiasi 0,70 persen, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang tumbuh 0,31 persen, dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) yang menghijau 0,56 persen.
Harga Emas Cetak Rekor
Harga emas mencetak rekor tertinggi pada Rabu (19/3/2025), didorong oleh meningkatnya ketegangan di Timur Tengah serta ketidakpastian perdagangan yang memperkuat daya tarik logam mulia sebagai aset lindung nilai.
Investor kini menanti keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed) yang akan diumumkan hari ini.
Harga emas spot (XAU/USD) naik 0,06 persen di level USD3.036,17 per 11.55 WIB setelah sempat menyentuh rekor tertinggi di USD3.038,90 di awal sesi.
"Para pelaku pasar melihat emas sebagai aset yang mampu menghadapi ketidakpastian ekonomi akibat kebijakan tarif," ujar kepala analis pasar di KCM Trade, Tim Waterer.
Menurutnya, kondisi perdagangan saat ini yang penuh ketidakstabilan justru memperkuat posisi emas sebagai instrumen lindung nilai terhadap ketidakpastian.
Investor masih mencermati risiko perlambatan ekonomi dan meningkatnya ancaman resesi akibat tarif yang diberlakukan oleh Presiden AS Donald Trump, yang diperkirakan memicu inflasi.
Kebijakan tarif tersebut mencakup bea tetap sebesar 25 persen untuk baja dan aluminium yang mulai berlaku pada Februari, serta tarif timbal balik dan sektoral yang akan diterapkan mulai 2 April.
The Fed diperkirakan mempertahankan suku bunga acuannya di kisaran 4,25 persen hingga 4,50 persen dalam keputusan yang akan diumumkan hari ini setelah pertemuan kebijakan selama dua hari.
Sebagai aset yang tidak memberikan imbal hasil, emas biasanya diuntungkan dalam lingkungan suku bunga rendah, terutama ketika ketidakpastian ekonomi dan geopolitik meningkat.
"Jika pertemuan FOMC bernada dovish sebagai respons terhadap ketidakpastian dampak tarif terhadap pertumbuhan ekonomi, ini bisa menjadi dorongan tambahan bagi harga emas, bahkan bisa menjadi sinyal bagi emas untuk menembus level USD3.050," kata Waterer.
Pasar juga menunggu pidato Ketua The Fed Jerome Powell pada Kamis (20/3) dini hari, pukul 01.30 WIB, untuk mencari petunjuk lebih lanjut mengenai arah kebijakan moneter ke depan. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.