Kebijakan pemerintah memperketat impor keramik di Indonesia mendapat sambutan baik dari kalangan pengusaha.
Pengusaha menyambut baik kebijakan pemerintah memperketat impor keramik di Indonesia. (Foto: Arsip)
IDXChannel – Kebijakan pemerintah memperketat impor keramik di Indonesia mendapat sambutan baik dari kalangan pengusaha. Salah satunya datang dari Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki), yang meyakini langkah itu dapat mendongkrak utilisasi industri keramik lokal secara drastis.
Pengetatan impor itu diterapkan pemerintah menyusul penerbitan dua regulasi terkait. Adapun kedua aturan itu adalah wajib Standar Nasional Indonesia (SNI) bagi 16 produk industri, termasuk ubin keramik, dan; Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 70 Tahun 2024. Khusus regulasi yang terakhir, berisi aturan tentang pengenaan bea masuk anti-dumping terhadap impor produk ubin keramik dari China.
Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki), Edy Suyanto mengatakan, selama kuartal I-2024, industri keramik Indonesia mengalami penurunan akibat serbuan barang impor dan menurunnya daya beli masyarakat. Dia menyebutkan, kondisi itu berimbas pada utilitas industri keramik lokal yang menurun hingga di bawah 60 persen.
“Kami sedikit bersyukur pada kuartal III-2024 ini, mulai pelan-pelan ada peningkatan utilitas. Jadi mulai Januari sampai September, catatan kami sekarang berada di posisi 64 persen,” kata Edy dalam rubrik Market Review IDX Channel, Selasa (22/10/2024).
Dia menuturkan, kedua regulasi baru dari pemerintah itu dapat memberikan harapan baru, karena utamanya bertujuan untuk melindungi produksi keramik domestik. Kedua aturan itu membuat Asaki optimistis bahwa utilitas industri keramik akan meningkat 80 persen.
“Kami yakin dengan kehadiran regulasi ini, utilisasi kami akan pulih. Tahun ini utilisasinya, kami revisi prediksinya, bisa mampu meningkat ke 67-68 persen. Pada 2025, kami berani memasang target ke 75-80 persen utilisasinya,” ujar Edy.
Dia bahkan optimistis pada 2026 industri keramik lokal bisa mengulangi kembali masa kejayaan utilisasinya seperti yang pernah diraih pada 2012-2014. “Pada saat itu kami bisa mencapai utilisasinya di atas 90 persen,” tuturnya.