IHSG Turun Lebih dari 1 Persen, Deretan Saham Big Cap Jadi Beban

1 month ago 15

Sejumlah saham utama (big cap) menjadi pemberat saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah signifikan hingga lebih dari 1 persen pada Selasa (17/12/2024).

 Freepik)

IHSG Turun Lebih dari 1 Persen, Deretan Saham Big Cap Jadi Beban. (Foto: Freepik)

IDXChannel – Sejumlah saham utama (big cap) menjadi pemberat saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah signifikan hingga lebih dari 1 persen pada Selasa (17/12/2024).

Penurunan IHSG di tengah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan sejumlah kabar lainnya.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG ditutup turun 1,39 persen ke 7.157,73. Sebanyak 441 saham memerah dan hanya 157 saham menghijau. Sisanya, sebanyak 188 saham stagnan.

Nilai transaksi tercatat mencapai Rp11,81 triliun dan volume perdagangan 18,58 miliar saham.

Saham bank BUMN, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) melemah 3,66 persen ke Rp4.470 per saham.

Saham bank pelat merah lainnya, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) masing-masing turun 2,06 persen dan 2,35 persen.

Khusus BBRI, bank ini sebelumnya mengumumkan dividen interim sebesar Rp20,46 triliun kepada pemegang saham. Pengumuman dividen ini bertepatan dengan perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-129 BRI yang jatuh pada 16 Desember.

Dengan dividen hingga Rp20 triliun itu, maka pemerintah akan mendapatkan setoran dividen dari BRI Rp10,88 triliun sementara Rp9,58 triliun sisanya menjadi milik publik.

Tidak hanya saham bank BUMN, saham bank Grup Djarum PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga tergerus 1,98 persen.

Saham bank-bank utama, yang menjadi penopang utama IHSG, masih dalam tekanan jual, terutama oleh investor asing, yang terjadi selama dua bulan terakhir seiring keluarnya investor asing di tengah situasi ekonomi makro, dan politik di negara-negara utama.

Sejumlah emiten big cap lainnya juga membebani kinerja IHSG.

Sebut saja, saham bank syariah BRIS juga turun 3,16 persen, bersama dengan raksasa otomotif Astra (ASII) yang merosot 2,83 persen, pemain utama mi instan Grup Indofood (ICBP) yang memerah 2,33 persen.

Saham emiten tembaga-emas Grup Salim AMMN juga berkurang 1,64 persen dan emiten telekomunikasi pelat merah TLKM yang minus 1,50 persen.

Bursa Saham dan Mata Uang Asia Tertekan

Bursa saham Asia melemah pada Selasa. Sementara, rupiah memimpin pelemahan mata uang regional.

Kondisi ini mencerminkan sikap hati-hati investor menjelang keputusan penting bank sentral pekan ini, termasuk ekspektasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) AS.

Di pasar saham, indeks utama di Manila (PSEi) turun untuk sesi kelima berturut-turut, merosot 2,3 persen ke level terendah sejak awal Agustus. Indeks Shanghai turun 0,7 persen, Hang Seng minus 0,48 persen, KOSPI 1,29 persen, dan Nikkei Jepang tergerus 0,13 persen.

Sementara itu, mata uang baht Thailand dan rupiah Indonesia masing-masing melemah 0,4 persen.

Rupiah kini berada di atas level psikologis 16.000 per USD, yang dapat memengaruhi keputusan Bank Indonesia (BI) terkait kebijakan suku bunga pada 18 Desember mendatang, meskipun suku bunga diperkirakan tetap.

Dalam lima hari terakhir, rupiah terus melemah dan telah kehilangan lebih dari 6 persen nilainya sejak puncaknya pada September, meski BI sempat melakukan intervensi pekan lalu.

Di sisi lain, indeks dolar AS (DXY) bertahan di dekat level tertingginya menjelang kemungkinan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin oleh The Fed.

Investor juga mempertimbangkan data ekonomi China yang bervariasi pada Senin.

Penjualan ritel China tumbuh pada laju terlemah dalam tiga bulan terakhir, mengecewakan ekspektasi pasar dan menggarisbawahi kebutuhan stimulus tambahan di tengah potensi tarif perdagangan baru dari AS. (Aldo Fernando)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |