Sejumlah saham emiten milik konglomerat raksasa menjadi pendorong Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Jumat (8/11/2024).
IHSG Rebound usai Turun Tajam, Saham Konglomerat Jadi Penopang. (Foto: Freepik)
IDXChannel – Sejumlah saham emiten milik konglomerat raksasa menjadi pendorong Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Jumat (8/11/2024).
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG ditutup naik 0,60 persen ke 7.287,19. Sebanyak 289 saham naik, 287 saham turun, dan 204 sisanya stagnan.
Nilai transaksi Rp10,24 triliun dan volume perdagangan 17,13 miliar saham.
Penguatan indeks acuan hari ini ditopang oleh beberapa saham emiten milik taipan besar.
Saham geotermal—dengan kapitalisasi pasar (market cap) jumbo Rp919,78 triliun—milik Prajogo Pangestu PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) meningkat 14,58 persen.
Saham Prajogo lainnya, PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) melompat 8,58 persen. TPIA juga memiliki market cap besar, yakni mencapai Rp628,37 triliun.
BREN merupakan emiten dengan market cap terbesar kedua di bursa, di bawah BBCA (Rp1.242 triliun). Sementara, TPIA berada di peringkat kelima.
Kemudian, saham emiten tambang yang terafiliasi Grup Salim, PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), tumbuh 3,45 persen.
AMMN kini menjadi emiten dengan market cap terbesar keempat, dengan valuasi pasar Rp652,66 triliun.
Saham kontraktor tambang Grup Astra PT United Tractors Tbk (UNTR) turut menopang IHSG, naik 0,83 persen.
Nama-nama di muka menjadi movers utama pada Jumat di tengah lesunya saham perbankan raksasa—yang biasanya menggerakkan IHSG—yang terimbas aksi jual investor asing.
Pulih dari Aksi Jual
Pasar saham Indonesia pulih dari koreksi cukup dalam sehari sebelumnya.
Pada Kamis (8/11), IHSG melorot 1,90 persen ke posisi 7.243,86. Sebanyak 362 saham ditutup melemah dan hanya 221 saham yang menguat kemarin.
Kemenangan Donald Trump di pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS) pada Rabu (6/11) dikhawatirkan menggencarkan kebijakan yang menekan negara Asia, termasuk Indonesia.
Menurut catatan Reuters, Kamis (7/11/2024), Trump telah berjanji akan menerapkan tarif baru yang kemungkinan besar akan signifikan pada berbagai barang dari negara-negara seperti China dan Meksiko.
Tarif ini kemungkinan akan mendorong inflasi dan, pada gilirannya, memperkuat dolar AS serta memperlambat pelonggaran kebijakan Federal Reserve (The Fed).
Hal tersebut pada gilirannya berpotensi menarik dana keluar dari pasar negara berkembang, seperti yang telah terjadi akibat penguatan dolar AS. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.