Harga Minyak Turun, Pembicaraan Damai Ukraina Redam Kekhawatiran Timur Tengah

4 hours ago 2

arga minyak melemah pada Selasa setelah Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin membahas langkah-langkah untuk mengakhiri perang Ukraina.

 Freepik)

Harga Minyak Turun, Pembicaraan Damai Ukraina Redam Kekhawatiran Timur Tengah. (Foto: Freepik)

Harga Minyak Turun, Pembicaraan Damai Ukraina Redam Kekhawatiran Timur Tengah

IDXChannel - Harga minyak melemah pada Selasa setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin membahas langkah-langkah untuk mengakhiri perang tiga tahun di Ukraina.

Kesepakatan ini berpotensi melonggarkan sanksi terhadap ekspor bahan bakar Rusia.

Putin menyetujui usulan Trump agar Rusia dan Ukraina menghentikan serangan terhadap infrastruktur energi masing-masing selama 30 hari.

Harga minyak Brent turun 0,72 persen menjadi USD70,42 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) merosot 1,17 persen ke USD66,69 per barel.

Meski ada kemungkinan gencatan senjata di Ukraina, beberapa analis menilai peningkatan ekspor energi Rusia masih membutuhkan waktu lama.

Berdasarkan data Administrasi Informasi Energi AS (EIA), produksi minyak Rusia pada 2024 mencapai sekitar 9,2 juta barel per hari (bph), lebih rendah dibandingkan puncaknya di 9,8 juta bph pada 2022 dan rekor 10,6 juta bph pada 2016.

Selain potensi peningkatan pasokan global dari Rusia, kekhawatiran ekonomi akibat tarif perdagangan Trump juga menekan harga minyak.

Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) memperingatkan, tarif AS dapat menekan pertumbuhan ekonomi di AS, Kanada, dan Meksiko serta melemahkan permintaan energi global.

Di AS, pembangunan rumah keluarga tunggal meningkat tajam pada Februari seiring meredanya musim dingin. Namun, kenaikan biaya konstruksi akibat tarif dan kekurangan tenaga kerja berisiko menghambat pemulihan sektor properti.

“Risiko resesi semakin besar, dan tarif perdagangan kini menjadi ancaman utama bagi ekonomi. Berbagai jenis tarif terhadap beberapa negara dijadwalkan mulai berlaku pada 2 April,” kata Direktur Energy Futures di Mizuho, Bob Yawger.

Analis di Wood Mackenzie memperkirakan harga Brent rata-rata USD73 per barel pada 2025, turun USD7 dari 2024, dipengaruhi oleh kebijakan tarif AS serta rencana OPEC+ untuk meningkatkan produksi.

Awal bulan ini, OPEC+—yang mencakup negara-negara anggota OPEC serta sekutunya, termasuk Rusia—memutuskan tetap melanjutkan rencana peningkatan produksi minyak pada April.

Sebelumnya, harga minyak sempat menyentuh level tertinggi dalam dua pekan akibat kekhawatiran bahwa ketidakstabilan di Timur Tengah akan mengganggu pasokan.

Harapan terhadap stimulus ekonomi di China dan Jerman juga turut mendukung permintaan minyak di dua negara dengan ekonomi terbesar dunia.

Di Yaman, Trump menegaskan akan melanjutkan serangan terhadap kelompok Houthi yang didukung Iran, kecuali kelompok tersebut menghentikan serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah.

Trump juga menyatakan akan menuntut pertanggungjawaban Iran atas setiap serangan yang dilakukan Houthi. Jika AS bertindak melawan Iran atau jika Houthi menyerang negara-negara produsen minyak Arab lainnya, pasokan minyak global bisa menurun.

Iran, anggota OPEC, memproduksi sekitar 3,3 juta bph minyak pada 2024, menurut EIA AS. Analis J.P. Morgan mencatat bahwa meskipun masih menghadapi sanksi, ekspor minyak mentah Iran tetap stabil di sekitar 1,7 juta bph, melampaui level 2023 dan 2024.

Sementara itu, di Gaza, serangan udara Israel menewaskan lebih dari 400 orang, menurut otoritas kesehatan Palestina. Serangan ini mengakhiri kebuntuan selama berminggu-minggu terkait perpanjangan gencatan senjata yang sebelumnya menghentikan pertempuran sejak Januari. (Aldo Fernando)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |