Kedua kontrak acuan tersebut melemah dua hari berturut-turut, usai naik dua hari sebelumnya.
Harga Minyak Dunia Melemah Lagi, Kenaikan Pasokan Redam Risiko Geopolitik. (Foto: Reuters)
IDXChannel - Harga minyak mentah dunia terkoreksi pada Kamis (24/10/2024), seiring konflik di Timur Tengah dan ketidakpastian hasil pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS) diimbangi oleh peningkatan persediaan dan pasokan yang melimpah.
Data pasar menunjukkan, kontrak berjangka (futures) minyak jenis Brent ditutup turun 0,82 persen secara harian ke posisi USD74,54 per barel, sedangkan futures WTI minus 0,85 persen ke level USD70,35 per barel pada Kamis.
Kedua kontrak acuan tersebut melemah dua hari berturut-turut, usai naik dua hari sebelumnya.
Dalam sepekan, futures minyak melemah 0,8 persen, sedangkan dalam sebulan terdepresiasi 0,57 persen.
Melansir dari MT Newswires, Kamis (24/10), Israel terus melanjutkan perangnya melawan kelompok militan yang didukung Iran di Gaza dan Lebanon.
Di sisi lain, The Guardian melaporkan, Turki merespons serangan teror yang diduga dilakukan oleh militan Kurdi dengan melancarkan serangan udara balasan ke target-target di Irak dan Suriah.
Para trader juga bersikap hati-hati menjelang pemilu AS pada 5 November, dengan jajak pendapat menunjukkan Kamala Harris dan Donald Trump berada dalam posisi yang hampir seimbang.
Kekhawatiran tersebut diimbangi oleh peningkatan persediaan AS, di mana Administrasi Informasi Energi (EIA) pada Rabu melaporkan, persediaan domestik naik lebih dari yang diharapkan, yakni 5,5 juta barel.
Sementara, OPEC+ bersiap mengembalikan 2,2 juta barel per hari ke pasar dengan penambahan pasokan bulanan sebesar 180.000 barel per hari mulai Desember.
“Minyak mentah tampaknya dalam mode menunggu dengan waspada, dengan risiko dua sisi yang besar menjaga harga tetap berada dalam rentang sempit untuk saat ini,” kata Saxo Bank, dikutip MT Newswires, Kamis (24/10).
"Volatilitas dari peristiwa seperti pemilu dan geopolitik di seluruh dunia cenderung menambah ketidakpastian pasar, tetapi biasanya tidak memiliki dampak signifikan jangka panjang terhadap pergerakan harga saham," kata presiden dan CEO Farr, Miller & Washington Michael Farr.
Proyeksi Minyak
Menurut analisis Goldman Sachs, harga minyak diperkirakan rata-rata mencapai USD76 per barel tahun depan di tengah pasokan yang cukup dan kapasitas cadangan yang memadai.
"Secara keseluruhan, kami masih melihat risiko jangka menengah untuk kisaran USD70-85 per barel bersifat dua arah, tetapi cenderung sedikit ke sisi bawah,” kata analis Goldman.
Hal tersebut karena, katanya, risiko penurunan harga dari kapasitas cadangan yang tinggi dan kemungkinan tarif perdagangan yang lebih luas melebihi risiko kenaikan harga.
"Meskipun ada kapasitas cadangan global yang besar dan produksi minyak Iran yang sejauh ini tidak terganggu, kami tidak berpikir bahwa kelebihan pasokan pada 2025 adalah sesuatu yang pasti," ujar analis Goldman.
Mereka saat ini melihat premi risiko geopolitik terbatas, tetapi memperingatkan, konflik yang belum terselesaikan di Timur Tengah dapat meningkatkan premi risiko perang dan harga minyak kapan saja.
Morgan Stanley juga baru-baru ini memangkas perkiraan harga minyaknya, mencerminkan ekspektasi peningkatan pasokan dari produsen OPEC dan non-OPEC di tengah tanda-tanda melemahnya permintaan global.
Bank tersebut sekarang memperkirakan, meskipun pasar minyak mentah akan tetap ketat hingga kuartal III-2024, pasar akan mulai stabil pada kuartal IV-2024 dan berpotensi mengalami surplus pada 2025. (Aldo Fernando)