Sejumlah saham produsen emas membukukan kenaikan signifikan sepanjang pekan, seiring harga logam mulia acuannya menyentuh rekor tertinggi (ATH) baru.
Harga Emas Cetak Rekor, Saham HRTA dan PSAB Jadi Primadona Investor. (Foto: Unsplash)
IDXChannel – Sejumlah saham produsen emas membukukan kenaikan signifikan sepanjang pekan, seiring harga logam mulia acuannya menyentuh rekor tertinggi (ATH) baru.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) menjadi salah satu jagoan investor, dengan harga sahamnya meningkat 6,99 persen sepekan, ditutup di angka Rp490 per saham pada Jumat (14/2/2025).
Ini adalah kenaikan mingguan ketiga beruntun saham HRTA.
Memang, HRTA memiliki hubungan positif dengan emas. Koefisien korelasi keduanya 0,94 atau mendekati +1. Artinya, cenderung naik-turun bersama belakangan ini.
Selain HRTA, saham PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) juga memiliki koefisien korelasi yang cenderung mendekati +1, tepatnya, di angka 0,69. Karenanya, saham PSAB turut bergerak naik seiring harga emas menguat akhir-akhir ini.
Alhasil, saham PSAB melonjak 8,73 persen dalam sepekan, memperpanjang reli kenaikan selama tiga pekan berturut-turut.
Efek kenaikan harga emas juga terlihat di sejumlah saham sejenis lainnya, kendati dengan koefisien korelasi yang di bawah HRTA dan PSAB.
Sebut saja, saham ANTM mendaki 6,99 persen sepekan, ARCI 2,31 persen, MDKA melambung 16,20 persen.
Berbeda, BRMS terkoreksi 1,62 persen dan AMMN minus 0,73 persen pekan ini.
Emas Jaga Momentum
Harga emas kembali mencatat pekan positif, menjadikannya kenaikan ketujuh berturut-turut meskipun ditutup melemah akibat aksi ambil untung pada Jumat (14/2/2025).
Berdasarkan data pasar, emas spot (XAU/USD) turun 1,57 persen ke USD2.882,48 per troy ons, setelah menyentuh rekor tertinggi (ATH) USD2.942,70 pada Selasa.
Dikutip dari Dow Jones Newswires, Jumat (14/2), sentimen terhadap emas sempat tertekan setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menginstruksikan para pemimpin lembaga untuk mengkaji penerapan tarif timbal balik.
"Keputusan ini meredakan kegelisahan pasar awal dan melemahkan dolar AS, karena kekhawatiran perang dagang mereda—untuk sementara," kata analis Pepperstone, Quasar Elizundia.
Namun, faktor teknikal turut berperan. "Kegagalan emas menembus rekor tertinggi pada Selasa bisa membentuk pola double top, sehingga muncul aksi ambil untung menjelang akhir pekan," ujar Wakil Presiden dan ahli strategi logam senior di Zaner Metals, Peter Grant.
Secara keseluruhan, tren emas masih bullish, didorong oleh berbagai faktor seperti tarif perdagangan, inflasi yang mendasari, serta pelemahan dolar AS.
Menurut Chief Operating Officer di Allegiance Gold, Alex Ebkarian, pergeseran dari aset kertas ke emas fisik juga semakin memperkuat tren ini.
Pada Kamis, Trump mengarahkan tim ekonominya untuk menyusun rencana penerapan tarif timbal balik bagi negara-negara yang mengenakan pajak atas impor AS.
Langkah yang berpotensi meningkatkan inflasi ini dapat mendorong permintaan emas sebagai aset lindung nilai terhadap kenaikan harga dan ketidakpastian geopolitik.
Sementara itu, penjualan ritel AS mencatat penurunan terbesar dalam hampir dua tahun pada Januari, menandakan perlambatan pertumbuhan ekonomi di awal kuartal I-2025.
Meski demikian, pelaku pasar memperkirakan Federal Reserve (The Fed) AS tidak memangkas suku bunga hingga September karena masih tingginya inflasi. Penurunan klaim tunjangan pengangguran menunjukkan pasar tenaga kerja tetap tangguh. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.